Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Peluru Maut itu…

 

FOTO DOK: Kedua orang tua korban dan kakaknya yang meminta pelaku segera ditangkap.

SABTU (11/3/2017) lalu, ada peristiwa mengejutkan yang menimpa warga asal Kabupaten Bima di Kabupaten Jember Jawa Timur. Mahasiswa program studi Bahasa Indonesia Fakultas Kejuruan Ilmu Pendidikan  Universitas Muhammadiyah Jember, Dedi (25), tewas tertembak. Pria asal Desa Sakuru Kecamatan Monta itu diduga diberondong peluru oknum anggota Brimob. Kasus itu sedang ditangani dan terduga pelaku dibekuk oleh Kepolisian setelah berusaha menghilangkan barang bukti. Kesigapan dan gerak cepat aparat Kepolisian setempat patut diapresiasi. Penegakan hukum terhadap kejadian spontan seperti itu memang selayaknya untuk menutup reaksi berlebihan pihak yang berhubungan.

Sisi krusial yang  dibahas bukan sekadar soal korban Dedy dan duka menyayat keluarganya,  tetapi juga reaksi yang ditunjukan oknum aparat ketika berhadapan dengan peristiwa. Dalam kesalahpahaman berlalulintas seperti itu, ‘mengganjar’ sasaran menggunakan peluru sangat berlebihan. Masih ada cara yang bisa ditempuh dalam  kapasitasnya sebagai aparat. Pada aspek inilah aspek kualitas emosional penting artinya bagi aparat yang memegang senjata. Harus terus dievaluasi agar bertindak dalam koridor. Perlu pengujian reguler sisi psikologis aparat, yang memegang senjata, agar tidak menyalahgunakannya pada tataran dinamika lapangan.

Soal ini memang bukan hanya Jember,  tetapi bisa muncul pada semua  wilayah di republik ini. Termasuk Dana Mbojo. Tentu saja akan sangat berbahaya jika senjata api berada di tangan mereka yang labil emosinya, mudah meletup meski dihentak persoalan sepele. Sama berbahayanya jika senjata api (rakitan) berada di tangan masyarakat sipil. Seperti yang terjadi dalam konflik antarkelompok warga di Dadibou-Risa Kecamatan Woha Kabupaten Bima.

Dalam sejumlah kasus yang selama ini terungkap, penggunaan senjata api untuk memberondong objek yang tidak seharusnya kerap menghiasi media massa nasional. Kita mengharapkan tragedi peluru di Jember sabtu dinihari itu tidak terulang dan menjadi bahan evaluasi bagi pimpinan Polri dan TNI. Penanganan kasus tewasnya Dedy itu kita tunggu bersama. Asas praduga tidak bersalah dikedepankan. Proses hukum selanjutnyalah yang akan membuktikan siapa yang bersalah. (*)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Politik

Mataram, Bimakini.- Dua nama perempuan muncul di pusaran Pilkada NTB 2024 saat ini. Satu dari Pulau Lombok dan satu dari Pulau Sumbawa. Keduanya adalah...

Politik

Kota Bima, Bimakini.- Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya (Golkar) Kota Bima saat ini belum membuka pendaftaran Bakal Calon Wali Kota dan Wakil...

Politik

Mataram, Bimakini.- Belakangan beredar di media sosial photo berpasangan H Muhammad Rum dan Ryan Kusuma Permadi. Photo ini memunculkan spekulasi bahwa keduanya akan berpasangan...

Politik

Mataram, Bimakini.- Suhu politik di NTB semakin memanas menjelang perhelatan Pilgub, November mendatang. Panasnya justru terasa di level bawah. Sementara di level atas tetap...

Opini

Oleh: Abdussyahir”Ogie” Selamat Hari Buruh 1 Mei. Semoga para buruh bisa selamat sampai Mei berikut. Seperti sosok para buruh pemecah batu di Kota Bima....