Kota Bima, Bimakini.- Figur bakal calon (Balon) Wali Kota Bima, Ir H Sutarman mengaku menjalankan operasi senyam untuk mendapatkan Partai Politik (Parpol) pengusung pada Pilkada Kota Bima 2018. Pemilik Kosambo ini mengaku tidak akan borong Parpol, namun cukup untuk maju saja.
Sutarman mengaku sebelumnya telah mendaftar di tujuh Parpol, namun tiga Parpol memberinya potensi untuk perjuangannya membangun Kota Bima. Parpol yang selama ini dikabarkan akan dibidik, yakni Gerindra, Nadesm dan PKS tidak ditampiknya.
Meski demikian diakuinya, semua bisa berjalan dinamis. Parpol tersebut belum ada menentukan siapa figur yang diusung, mereka masih menelaah. Karena Parpol memiliki tanggungjawab sosial bagi kesejhateraan masyarakat. “Maka Parpol akan memilih siapa yang terbaik dan mau berbuat bagi rakyat,” katanya kepada wartawan di Vila Kosambo, Ahad (12/11/2017) malam.
Dia menyakini, Parpol dalam menentapkan figur melihat dari banyak sudut pandang. Tidak hanya satu arah atau kacamata kuda. Untuk itu, tidak ingin menglaim cepat, karena bisa menjadi pembohongan publik.
“Ketika saya menerapkan operasi senyap, ternyata banyak manfaatnya. Saya bisa mengetahui bagaimana eskalasi politik di Bima,” ujarnya.
Pantauan terus dilakukannya, termasuk melalui media sosial (Medos). Tidak sedikit yang menganggapnya telah berakhir dalam pentas politik Pilkada 2018. Padahal, dirinya lah yang mengetahui apa yang sesungguhnya dinamika terjadi.
“Kalau ingin mengetahui apa informasi sesungguhnya, hanya ada pada tiga orang, Lutfi, Rahman dan saya. Karena kami selalu bertemu bertiga di DPP. Sekarang tergantung kejujuran untuk menyampaikan apa hasilnya. Saya tidak mau klaim kalau hanya rekomendasi,” ungkapnya.
Selain mereka bertiga, kata dia, informasinya bisa bias. Karena tidak mengetahui apa yang disampaikan DPP pada tiga figur tersebut. Apalagi ada pengklaiman memborong sejumlah Parpol dan seolah sudah pasti. Akhir November ini dipastikan DPP Parpol sudah membungkus nama yang diusung.
Sutarman juga mengakui, eskalasi politik di Bima cukup tinggi dan tidak ada polisi Jakarta yang mengecilkannya. Meskipun secara geografis, Kota Bima ini kecil, demikian juga dengan penduduknya. “Karena kecil, seharusnya lebih mudah berbuat. Tapi kenyataannya sampai sekarang tidak banyak perubahan dibuat,” terangnya.
Sutarman juga mengingatkan untuk tidak banyak membuat manuver. Karena Umat di Kota Bima menunggu siapa yang bsia beruat bagi mereka. “Jangan buat kebohongan publik, masyarakat cerdas,” sindirnya.
Dalam politik semua akan menjadi kecap nomor satu. Namun untuk menjadi benar-benar nomor satu, maka dimulai dari kejujuran dan visi dalam membangun Kota Bima dan menyejahterakan masyarakat.
Sutarman mengaku sangat memahami bagaimana kondisi Bima dan solusinya. Itulah yang menginginkannya untuk maju. Banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk kesejahteraan. Termasuk mendorong ekonomi kreatif sebagai sumber kehidupan masyarakat, yang selama ini tidak difasilitasi.
Mengenai pendamping, Sutarman tidak ingin terburu. Ada tahapan yang harus dilalui, seperti pengenalan, pandangan dalam memajukan Kota Bima, strategi, dan biaya. (BK25)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.