Kota Bima, Bimakini.com.- Ratusan siswa SDN 55 Kota Bima, Kamis (21/6), mengikuti sosialisasi penanggulangan bencana yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kota Bima. Kegiatan yang berlangsung tiga hari itu diawali di SMAN 1 Kota Bima, SMPN 1 Kota Bima, dan SDN 55, masing-masing sebagai percontohan.
Mengapa yang dipilih sekolah? Pelaksana Tugas Kepala BNPB Kota Bima, Fachrunraji, mengatakan, pemilihan sekolah sebagai sasaran sosialisasi dengan pertimbangan komunitas yang paling rentan terhadap bencana adalah anak sekolah. BNPB ingin secara dini mengenalkan dan melatih siswa memahami soal kebencanaan. Jika siswa sudah memiliki pemahaman itu, maka imbasnya kepada rekan-rekannya yang lain dan lingkungannya sangat mudah.
Tidak hanya itu. Katanya, dunia pendidikan bisa secara dini menyuluh mengenai kebencanaan dengan mengintegrasikan pelajaran lain. Selain siswa, juga harus memahami bahwa mereka berada dalam wilayah peta kebencanaan.
Apalagi, katanya, Kota Bima termasuk daerah rentan bencana gempa, karena berada pada titik lembah bumi dan wilayah patahan bumi yang selalu bergeser. Artinya rawan terhadap bencana gempa. Wilayah daerah ini lembah yang bentuknya seperti mangkok yang diapit oleh gunung. Jika terjadi hujan maka di daerah pegunungan rawan bencana banjir.
Contohnya, Kecamatan Wawo senantiasa menyuplai banjir, Ncai Kapenta, Lela Mase, Kelurahan Lampe, Dodu, Nungga, Ntobo, dan lainnya. Jika banjir itu serentak maka luapan air akan berdampak banjir bandang bagi lingkungan Kota Bima karena kanal air di jembatan Padolo dan sekitarnya tidak mampu menyalurkan banjir sehingga meluap.
“Jika ini bersamaan dengan air pasak maka banjir itu akan terjadi arus balik,” katanya di SDN 55 Kota Bima, Kamis.
Apa yang harus dilakukan siswa jika berhadapan dengan bencana itu? Hal yang paling sederhana adalah bagaimana mengambil langkah penyelamatan agar mengurangi korban. Saat terjadi gempa siswa dalam kelas jangan panik dan lari keluar ruangan kelas, tetapi berlindung di bawah kolong meja.
“Kalau lari berdesak-desakan maka itulah yang banyak menelan korban karena berebut keluar. Selain itu, siswa harus menghindari dari kaca, jauhi sengatan arus listri, tumpahan air,” katanya.
Dia mengharapkan melalui pelatihan ini siswa mendapatkan gambaran awal mengenai cara menghadapi bencana gempa, banjir dan lainnya. Tentu saja kalau sudah ada pemahaman, mereka akan mudah menghadapinya. (BE.13)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.