Bima, Bimakini.- Sebulan terakhir ini, petani jagung di Kecamatan Wawo sedang panen raya dengan hasil yang menggembirakan. Setiap petani bisa memeroleh hasil panen sekitar tiga hingga delapan ton. Jumlah itu juga diperoleh puluhan warga Wawo yang penanam jagung di Kabupaten Dompu dan Sumbawa.
Sayang sekali hasil panen yang melimpah itu, tidak di barengi dengan tawaran harga dari tengkulak yang jauh dibawah standar harga yang dipatok pemerintah pusat. Padahal, kualitas hasil panen tahun ini sangat bagus karena dipanen dalam kondisi cuaca yang cukup panas.
Pantauan Bimeks di sekitar So Pamali, So Kalate, So Maria, Tarlawi, Ntori, Pesa, Kambilo dan Raba juga serentak sedang panen. Mereka saat ini sedang memasukan hasil jagung untuk diamankan dalam tenda. Ada yang sudah dikupas dan ada juga yang belum dikupas. Petani mengangkut jagung dengan kendaraan sepeda motor dan ada juga yang dipikul.
Pemerhati petani jagung dari Jakarta, H Kasnun, mendesak Pemerintah Pusat dan daerah untuk memerhatikan petani jagung di Provinsi NTB. Karena pada panen raya tahun ini masing-masing petani berhasil memroduksi biji jagung dalam jumlah banyak yakni sekitar tiga ton hingga delapan ton. Namun, disayangkan harga yang ditawarkan tengkulak masih cukup rendah sekitar Rp2.700/kg dan paling tinggi sekitar Rp2.900/kg dan tidak sebanding dengan harga yang dipatok pemerintah pusat.
Harga itu, terangnya, belum setara dengan biaya produksi, harga pupuk, obat-obatan, penggarapan lahan hingga biaya panen, dan lainnya. Jika Pemerintah Pusat atau Daerah peduli terhadap petani, maka akan memerintahkan Bulog untuk menampung hasil petani dengan harga yang pantas agar petani mendapatkan penghasilan yang sesuai dengan biaya dan modal yang dikeluarkan.
“Kalau bukan pemerintah siapa lagi yang peduli akan nasib petani. Tengkulak, justru memermainkan harga agar petani menjual dengan harga yang diinginkan oleh mereka,” ujarnya di Desa Maria, Kamis (3/5).
Berapa harga yang pantas untuk jagung? Kata Kasnun, Pemerintah harus menaikan harga jagung sekitar Rp3.500/kg hingga Rp3.700/kg. Apalagi tempat penanaman jagung cukup jauh dan membutuhkan biaya besar untuk mengeluarkannya dari jalan umum dengan jarak sekitar 20 hingga 30 kilometer dari Ibu Kota Kecamatan. Seperti di Kecamatan Wawo jarak tanaman jagung dengan jalan umum cukup jauh dan memerlukan biaya tinggi.
“Kami mohon kepada Menteri Pertanian memerintahkan Bulog untuk menampung hasil panen jagung di NTB dengan harga standar dari Pemerintah Pusat,” katanya.
Dia berharap Pemerintah Pusat mau mendengarkan jeritan petani jagung agar kondisi ekonomi mereka lebih baik lagi. Jika tahun lalu mereka bisa menjual dengan harga sekitar Rp3.400/kg hingga Rp3.500/kg kenapa tidak tahun ini juga dengan harga yang lebih meningkat lagi. (NAS)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.