Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Menangkap Makna Air Mata Bocah Syakira…

fotobim: Syakira ditemani ibunya dan Ketua LPA Kota Bima di bawah tenda darurat Oi Katupa.

fotobim: Syakira ditemani ibunya dan Ketua LPA Kota Bima di bawah tenda darurat Oi Katupa. Air matanya membanjir setelah ditanya soal pelajaran, sekolah, dan kampung halamannya.

Bima, Bimakini.-   Namanya Syakira. Umurnya 10 tahun. Sudah belasan hari bocah ini berlindung di bawah tenda yang didirikan warga Desa Oi Katupa Kecamatan Tambora Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Syakira mengikuti orang tuanya menginap di sudut halaman eks kantor Pemkab Bima itu.

Syakira satu di antara belasan bocah yang mendiami tenda darurat itu. Sengketa lahan antara warga Oi Katupa dan PT Sanggar Agro yang belum menemukan  titik temu, telah memaksanya mendiami tenda di tengah dinamika kehidupan Kota Bima itu bersama bocah lainnya. Jauh dari suasana alamiah di kampungnya.

Saat ditemui Senin (05/09) siang, tidak banyak keterangan  yang diperoleh dari siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sori Katupa itu. Sorot matanya menerawang. Saat ditanya nama, suaranya  terdengar samar. Setelah itu, Syakira kukuh membatin. Entah  pikiran apa yang mengendap dan memenuhi ruang hatinya. Bahasanya tubuhnya pun datar saja.

Jadi tidak yang bisa ‘dicuri’ dari bahasa mulutnya. Diamnya Syakira penuh makna. Apakah Syakira rindu suasana belajar di kelas? Apakah rindu teman-teman sepermainannya? Adakah kerinduan kembali ke alam Oi Katupa yang masih asri itu? Runtutan pertanyaan itu hanya dijawab membisu.

fotobim: Anak-anak yang bermain di bawah tenda darurat.

fotobim: Anak-anak yang bermain di bawah tenda darurat.

Ya, Syakira masih kukuh membatin. Tidak menjawab apapun. Praktis tidak banyak yang terucap dari bibir mungilnya. Apakah rindu ingin bersekolah  lagi. Syakira hanya menganguk lemah disertai tatapan kosong. Meski didampingi dan  Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Bima, Juhriati, SH, MH dan pengurus lainnya serta  ibunya, Nur Sofiyani, dia larut dalam kebisuannya.

Namun, matanya mulai berbinar. Sudut mata polos Syakira perlahan dan pasti mulai basah. Bocah itu sudah memahami makna kesunyian jiwanya sendiri. Berada di tempat terbuka dan beratap terpal.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Lalu seperti air bah yang sudah tertampung  dalam wadah,  tiba-tiba  ‘banjir’ itu muncul. Airmata menetes dari dua kelopak matanya. Begitu deras dan bening. Sejurus kemudikan, sang Ibu menghapusnya menggunakan sarung.

Kucuran air mata Syakira tidaklah berdiri sendiri. Jelas bukan air mata biasa. Tetapi, menyimpan ragam pesan.  Kaum dewasa-lah yang memahaminya.  Bisa diprediksi itu ekspresi kerinduannya terhadap sekolah, rumah, dan teman sepermainannya. Itu ekspresi kekalutan pikirannya karena tidak memahami posisi diri, mengapa mesti berada di tenda penginapan yang beralaskan terpal. Hal lainnya,  itu endapan perasaannya yang tidak mampu dibahasakannya melalui kata.

fotobim: Beginilah kondisi dapur darurat warga Oi Katupa.

fotobim: Beginilah kondisi dapur darurat warga Oi Katupa.

Menurut Nur Sofiyani, ibunya, Syakira dan adik-adiknya terpaksa diajak ke Kota Bima, karena  di rumah tidak ada orang yang menjaganya. Sekarang ini sudah belasan hari meninggalkan sekolah dan kampung. “Anak-anak terpaksa diajak karena tidak ada yang menjaga di kampung,” katanya.

Diakuinya, Syakira juga turut berjalan hingga tiga hari menuju DPRD Kabupaten Bima  untuk memerjuangkan aspirasi pembebasan lahan yang diklaim dikuasai oleh perusahaan.

Menurut pengakuan rekan ibunya, Syakira dan teman-temannya menikmati sekolah dalam suasana alami khas Oi Katupa. Jika pulang sekolah, mereka mengumpulkan jambu mete dan dijual  untuk menambah uang saku.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Kini berada di tengah hiruk-pikuk Kota Bima, kata ibu itu, semuanya terasa asing bagi anak-anak. Meski berbalut kemewahan dan kemodernan, namun warna Oi Katupa tetaplah di hati anak-anak. Mereka rindu ‘keperawanan’ alam di sana. Merindu kepolosan orang-orangnya dan sikap sederhananya.

Ketua LPA Kota Bima, Juhriati, SH, MH, mengaku Syakira merupakan satu di antara tiga bocah yang dibawa ke Dokter Muhammad Akbar untuk pemeriksaan kesehatan pada Minggu (04/09) sore. Kondisinya demam tinggi. LPA Kota Bima turut prihatin melihat kondisi anak-anak dan berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit Umum Daerah Bima agar kesehatan anak-anak diperhatikan.

doklpakobi: Anak-anak Oi Katupa saat menikmati odong-odong.

doklpakobi: Anak-anak Oi Katupa saat menikmati odong-odong.

Katanya, secara administratif, memang anak-anak itu bukan dari Kota Bima. Tetapi, telah menjadi ‘warga Kota Bima’ sejak belasan hari lalu. Dari kondisi itu, LPA merasa terpanggil untuk menyelamatkan anak-anak dari dampak tindakan kaum dewasa atau orang tuanya. Lepas dari apapun bentuk aspirasi perjuangan mereka.

Senin (05/09) sore, pengurus LPA Kota Bima mengajak bocah-bocah itu bermain dan bercanda di lokasi itu. Lalu dilanjutkan naik odong-odong. Mereka menikmati suasana dan larut dalam kegembiraan. Keceriaan layakanya bocah  umumnya harus dikembalikan, meskipun tidak seutuh lingkungan alami Oi Katupa.

Adakah lembaga dan pihak lain yang menghibur kesunyian jiwa mereka? Adakah yang mencoba me-recovery pemulihan kondisi jiwa mereka yang terpaksa hidup di bawah tenda darurat dan mengikuti orang tua memerjuangkan aspirasinya? Sampai kapan mereka bertahan? Bagaimana kelanjutan kehidupan mereka pada hari-hari mendatang? Lalu, bocah-bocah bahan baku masa depan daerah dan bangsa yang terjebak situasi kaum dewasa itu bagaimana? (BK22)

Iklan. Geser untuk terus membaca.
Bagikan berita

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.-  Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima diduga menghapus sepihak status wajib pajak warga Oi Katupa di atas tanah yang disengketakan dengan PT Sanggar Agro....

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Aksi protes warga Desa Oi Katupa, Kecamatan Tambora terus berlanjut terhadap PT Sanggar Agro Karya Persada, Sabtu (4/7). Mereka protes dengan blokade...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Semenjak mendapat intimidasi dari PT Sanggar Agro untuk kembali keluar dari lahan yang diklaim, warga Oi Katupa Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima melapor...

Peristiwa

Bima, Bimakini.-  Akhirnya pihak PT. Sanggar Agro, menyerahkan tanah pada warga yang ada di Desa Oi Katupa dan Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Belasan mahasiswa dari Liga Mahasiswa Demokrasi Nasional (LMND) Kabupaten Bima, menggelar aksi di jalan lintas Bima-Dompu Jumat (20/1/2017). Mereka mendesak Pemerintah Kabupaten...