Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Sosok Jena Teke

sosok-jenatekeUpacara penobatan Muhammad Putera Ferryandi, sebagai Jena Teke atau Sultan Muda ke-XVII Kesultanan Bima dihelat di Asi Mbojo, Minggu (18/09) siang. Suasana meriah dan ribuan  pasang mata mengintipnya. Sejumlah Raja, Sultan dan Ratu dari berbagai daerah di Nusantara hadir. Mereka menikmati suguhan prosesi adat dan budaya Mbojo. Suatu target lain dari prosesi langka seperti itu.

Apa makna penobatan Jena Teke Kesultanan Bima saat ini? Sebagaimana disampaikan  Ketua Adat Sara Dana Mbojo, Dr Hj Siti Maryam, tujuan pengangkatan Jena Teke adalah memertahankan adat dan budaya Bima tetap utuh setelah melalui pembahasan Majelis Adat. Pada konteks adat dan budaya, memang memerlukan simbol yang bisa menyatukan dan menjadi panutan. Di situlah tantangan beratnya nanti.

Ya, harus dikatakan, Ferryandi yang baru saja dikukuhkan memang masihlah muda. Sangat muda.  Meski demikian, tanggungjawab kesejarahannya sangat berat. Di pundaknya, ada buncahan harapan masyarakat yang harus ditunaikannya. Mulai hari ini, segala perilaku, sikap, dan detail-detail kecil kehidupannya akan ditagih keselarasannya dengan filosofi Mbojo. Dalam pola komunikasi global yang semakin terbuka seperti saat ini, hal-hal seperti ini tidak terhindarkan. Berat memang, karena itu bimbingan Tetua Adat sangat dibutuhkan.

Jika dibenturkan dengan realitas hari ini, peran Jena Teke ditunggu. Saat ini, kaum muda Mbojo terbelit dalam beragam permasalahan sosial yang menjauhkannya dari nilai-nilai kearifan lokal Mbojo. Kasus peredaran minuman keras (Miras), Narkoba, penjambretan, pencabulan, penganiayaan dan aneka penyakit sosial lainnya.  Bahkan,  pada wilayah tertentu disebut sebagai kondisi darurat.  Tertib sosial seringkali  ternodai oleh perilaku kaum muda yang tidak lagi melandaskan sikap pada filosofi  daerah. Ke depan Jena Teke diharapkan mampu menjadi panutan kaum muda yang sedang gamang berdiri di persimpangan sejarah seperti kondisi  sekarang ini.

Kita harapkan Jena Teke tidak   hanya sekadar simbol yang mengutuhkan bingkai adat dan budaya Mbojo. Tetapi, bagaimana menjadi semacam ‘magnet’ bagi kaum muda dalam mengiring tindakan-tindakan positif bagi peradaban daerah. Kemampuannya mengekspresikan nilai-nilai Maja Labo Dahu dan Manggusu Waru dalam kesehariannya, tentu bakal diintip oleh rakyat.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Sekali lagi, tugas kesejarahan Jena Teke ke-XVII Kesultanan Bima  dinanti ekspresinya di dataran sosial…(*)

Bagikan berita

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait