Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Hijrah Perilaku

img_0879Ekspresi masyarakat menyambut Tahun Baru Islam memang tidak semeriah seperti hitungan jam  menjelang Tahun Baru Masehi. Di Bima memang ada pawai yang dihelat, tetapi hanya pada lokasi yang terbatas saja. Bisa dikatakan hampir datar saja. Dinamika aktivitas masyarakat yang terlihat biasa-biasa saja. Kondisi itu rutinitas tahunan dan kecenderungan sikap yang belum banyak berubah.

Lalu bagaimana? Semoga saja semangat  batin yang tidak terekspesikan nyata itu tetaplah membara. Mengapa? Karena semangat yang menandai 1 Muharram sejatinya adalah hentakan hasrat berpindah dari kondisi yang kurang aman dan kurang kondusif bagi dakwah saat itu menuju keadaan yang lebih baik. Itulah semangat Rasulullah berhijrah dari dataran Mekkah menuju Madinah, lalu menandai Tahun Baru kalender Islam.

Pertanyaannya adalah adakah  suasana kebatinan sperti itu yang myergap jiwa masyarakat Muslim Mbojo hari ini? Hal ini layak diajukan  melihat konstelasi perilaku sosial  yang berkecenderungan makin jauh dari nilai kearifan lokal dan ajaran agama Islam. Dalam praktik keseharian kita, begitu mudah hubungan baik antarmanusia terciderai, terjebak dalam konflik pribadi dan antarkampung. Seringkali ada yang mengusili kenyamanan sosial. Bahkan, menebar aroma anarkisme yang mengoyak rasa kemanusiaan.

Hampir setiap hari kita mendengar, bahkan menyaksikan sendiri, kasus kekerasan, penganiayaan, dan konflik.  Konflik  tidak lagi diurai dalam suasana tenang dan bermusyawarah, tetapi menebar senjata tajam. Nah, akumulasi keusilan sosial ini meniscayakan ‘proklamasi; pengembalian komitmen. Segera berhijrah pada kondisi baru.

Kita berharap mengiringi lintasan Muharram 1438 Hijriyah ini, semangat awal perubahan kondisi itu ada. Dari jebakan posisi kegelapan menuju  cahaya. Ya, hijrah  perilaku dari yang berseberangan dengan norma dan nilai, menuju  komitmen tindakan baru yang Islami. Semangat sepertu inilah yang dituntut dari seorang Muslim/Muslimah dalam momentum Muharram ini. Mari menjadikan Muharram sebagai titik kebangkitan baru. (*)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

 

Bagikan berita

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait