Kota Bima, Bimakini.- Pemerintah dan masyarakat Kota dan Kabupaten Bima melaksanakan orasi Kebangsaan Nusantara Bersatu pada Rabu (30/11). Acara yang diprakarsai TNI itu digelar di lapangan Serasuba Kota Bima. Tujuannya sebagai bagian dari upaya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Acara dihadiri Wali Kota Bima, HM Qurais, Bupati Bima Hj Indah Damayanti Putri, tokoh Adat Bima, Hj Siti Maryam, Wakil Bupati Bima H Dahlan. Selain itu, Ketua DPRD Kota Bima, Fery Sofyan, SH, Ketua DPRD Kabupaten Bima, Murni Sucianti.
Ada pula Kepala Kejaksaan Negeri Bima Eko Prayitno, SH, MH, Dandim 1608/Bima Kolonel (Czi) Yudil Hendro, Kapolres Bima Kota AKBP Ahmad Nurman Ismail, SIK, Kapolres Bima AKBP M Eka Fathurrahman, SH, SIK. Ketua MUI Kota Bima Drs HM Saleh Ismail dan Ketua MUI Kabupaten Bima, H Abdurrahim Haris, MA.
Hadir pula para pejabat Kota dan Kabupaten Bima, perwakilan organisasi wanita, perwakilan paguyuban masyarakat di wilayah Bima, tokoh masyarakat serta pemuka berbagai agama.
Peserta berasal dari unsur pelajar, TNI, Kepolisian, masyarakat umum, pemuda serta perwakilan Aparatur Sipil Negara.
Pembacaan orasi dilakukan oleh tujuh orang. Yaitu Serma Fajrin sebagai perwakilan tokoh adat Bima, Ketua MUI Kota Bima yang mewakili tokoh agama Kota Bima, Ketua MUI Kabupaten Bima yang mewakili tokoh agama Kabupaten Bima, Ketua DPRD Kota Bima yang mewakili tokoh masyarakat Kota Bima, Ketua DPRD Kabupaten Bima yang mewakili tokoh masyarakat Kabupaten Bima, Bupati serta Wali Kota.
Serma Jufrin mengingatkan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Heterogenitas bangsa Indonesia adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dari adanya keanekaragaman suku bangsa yang berasal dari ribuan pulau yang tersebar dalam wilayah 34 provinsi.
Ketua MUI Kabupaten Bima menjelaskan sifat heterogen juga bersumber pada keragaman agama, pemerintah mengakui adanya enam agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Dalam satu etnis dan satu agama, bisa terjadi perbedaan paham yang bisa meruncing menjadi konflik horisontal.
Ketua MUI Kota Bima mengingatkan hampir setiap agama di Indonesia memiliki kelompok yang memiliki pemahaman berbeda. Dalam satu etnis atau suku bisa terjadi berbagai kelompok dengan tradisi, perilaku dan cara hidup berbeda. Kemajemukan ini jika tidak dikelola baik maka menimbulkan kerawanan akan konflik.
Saat itu, Ketua DPRD Kabupaten Bima menyatakan perlunya benteng dan filter terhadap semakin derasnya arus modernisasi dan globalisasi yang kian mereduksi semangat nasionalisme bangsa Indonesia.
Pengaruh globalisasi lewat teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih, menyebabkan bangsa Indonesia memiliki berbagai paham, persepsi dan pandangan yang berbeda sekaligus bertentangan.
Orasi ini diperkuat oleh pernyataan Ketua DPRD Kota Bima bahwa bangsa Indonesia harus menemukan kembali identitasnya di tengah ketidakpastian hidup akibat berbagai persoalan. Mulai dari kekisruhan politik, korupsi yang merajalela, hingga persoalan kemiskinan dan pengangguran yang kian menjebak bangsa ini dalam berbagai intrik, yang tidak jarang berbuah konflik sosial, baik horisontal maupun vertikal.
Selanjutnya, Bupati Bima menyatakan pemerintah dan masyarakat Bima menghormati dan menjunjung tinggi empat konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu, Pancasila, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.
Katanya, empat konsensus tersebut tidak bisa dipisahkan. Namun, tetap memiliki porsi dan posisi yang berbeda-beda, dalam ranah konseptual maupun operasional. Pancasila sebagai nilai-nilai dasar kebangsaan, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai rambu-rambu dalam berkonstitusi, doktrin NKRI sebagai ruang kedaulatan dari Sabang sampai Merauke, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai simbol kemajemukan serta kesatuan dalam keberagaman, tidak terpisahkan sebagai falsafah negara.
Menutup orasi bersama tersebut, Wali Kota menyatakan pemerintah dan masyarakat Bima siap untuk setia pada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Tetap menjaga kebhinekaan dengan menghargai perbedaan suku, bangsa dan agama, demi terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat yang damai untuk menjaga keutuhan NKRI.
Menolak segala bentuk faham yang anti Pancasila dan UUD 45.
Menolak dan menentang segala bentuk tindakan kekerasan yang dapat menimbulkan perpecahan dan perselisihan di masyarakat dan mengancam kedaulatan NKRI. Mengamalkan dan mengemban nilai nilai luhur pancasila sebagai landasan moral dan etika dalam membangun peradaban bangsa dan negara.
Orasi diikuti pembacaan doa secara bergiliran oleh pemuka empat agama, yaitu Islam, Katolik, Protestan dan Hindu. Untuk menguatkan semangat nasionalisme, acara turut diisi tarian “Lewa Mori” yang ditampilkan Sanggar Kesenian Sandaka Angi dari Kelurahan Sadia. Pembacaan puisi perjuangan oleh pelajar SMAN 1 Kota Bima dan lagu-lagu perjuangan oleh paduan suara SMAN 2 Kota Bima.
Menutup acara tersebut, Dandim 1608/Bima, Kapolres Bima, Kapolres Bima Kota dan Kepala Kejaksaan Negeri Bima mengucapkan terimakasih kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten Bima. Mereka mengajak seluruh masyarakat senantiasa berjuang bersama mewujudkan dan menjaga perdamaian bangsa Indonesia dengan menghormati semua keyakinan, suku dan ras di wilayah NKRI. (BK32)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.