Bima, Bimakini.- Desa Keli masih terisolir di Kecamatan Woha. Namun, masih mengedepankan sifat kebersamaan dan gotong-royong. Ajang lomba desa bukan menunjukan penataan dan kebersihan, namun bagaimana menunjukan perilaku positif masyarakat.
Hal itu disampaikan Camat Woha, Chandra Kusuma, di depan rombongan Tim Penilai Lomba Desa, Rabu (12/4).
Chandra menjelaskan Keli diutus untuk bukan untuk menunjukan hasil kerja panitia menata lingkungan, supaga dijadikan objek penilaian. Namun, bagaimana lomba ini, tujuannya meningkatkan semangat gotong-royong memajukan desa. “Tujuan kami bukan berhasil menata lingkungan dan menyuguhkan nilai kebersihan terhadap tim, namun kami menunjukan jiwa kebersamaan dan gotong-royong membangun desa. Inilah yang terkandung dalam jiwa masyarakat kami,” jelasnya di arena lomba.
Kata dia, kawasan Keli masih tradisional dan alami, hutan reproduksi dan konservasi dijaga keutuhannya oleh masyarakat. Kondisi ini memberikan kesejukan dan ketenagan bagi masyarakat sekitarnya. “Di perkebunan masyarakat, kami menanam 10 ribu pohon durian dan rambutan untuk melestarikan hutan Keli. Setiap warga yang memiliki kebun merawat supaya hasilnya nanti dapat dimanfaatkan,” terangnya.
Diakuinya, potensi alam Keli belum ada yang mengetahui, apalagi mengunjungi sampai di lokasi. Hanya saja beberapa masyarakat, terutama yang mengambil madu mengetahui tempat wisata.
“Potensi alam agro banyak di Desa Keli. Di antaranya sumur, air terjun, air sungai, gua, madu alam, sayuran berlimpah dan Buja Kadanda,” katanya.
Dia berharap, melalui potensi desa itu ada dukungan dari Dinas terkait untuk pos dana demi pembangunan yang lebih baik. Supaya bisa mengarah pada pembangunan lebih baik dan menjadi Desa Wisata bukan wilayah terisolir.
“Satu di antaranya mengoptimalkan sinyal jaringan HP, karena sektor perekononian akan berkembang pesat melalui sentuhan teknologi melalui aplikasi jaringan internet,” terangnya. (BK34)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.