Bima, Bimakini.- Juara cabang kaligrafi Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Kecamatan Bolo tahun 2017, Nurul Awalia, tidak diutus oleh panitia ke level MTQ Kabupaten Bima. Mengapa bisa demikian? Bukankah yang meraih juara pertama otomatis menjadi duta kecamatan?
Sekretaris Pemerintah Kecamatan Bolo, Drs Abas, yang juga Ketua Panitia MTQ Bolo tahun 2017, Jumat (12/5) mengaku sebenarnya masalah itu hanya terjadi kesalahpahaman saja. Tidak ada unsur kesengajaan panitia tidak mengikutsertakan Nurul Awalia dalam MTQ abupaten Bima yang akan digelar di Kecamatan Wawo. “Hal itu terjadi karena adanya miss komunikasi saja,” katanya di Bolo, Jumat.
Diakuinya, awalnya panitia sudah memberitahukan kepada seluruh peserta, bahwa peserta yang meraih juara tidak langsung diutus. Akan tetapi ada pelatihan yang akan dilakukan. “Panitia sudah memberitahu lebih awal hal itu, bahkan bagi peserta yang tidak mendapat undangan untuk melakukan TC, itu dianggap belum memenuhi syarat untuk mengikuti ke tingkat lebih atas,” ujarnya.
Dikatakannya, sebenarnya pihaknya tidak mengetahui, karena urusan itu kewenangan panitia lainnya atau pembina. Salam kegiatan itu, hanya bekerja untuk memfasilitasi rangkaian kegiatan. Untuk MTQ Kabupaten Bima, selaku Ketua Panitia MTQ Bolo hanya bertugas memfasilitasi, sekaligus menyediakan segala sesuatu terkait pelaksanaan. Baca juga: Tidak Diutus, Juara Kaligrafi MTQ Bolo Kecewa
“Intinya masalah duta atau peserta yang akan mewakili Kecamatan Bolo adalaa kewenangan pihak panitia musabaqah atau pembinanya,” terangnya.
Dewan Pembina Cabang Kaligrafi, H Qorim , membenarkan apa yang disampaikan Ketua Panitia MTQ Bolo. Setiap peserta yang meraih juara saat itu diberikan informasi bahwa peserta yang mendapatkan undangan akan mengikuti tahapan TC. Kalau tidak ada undangan peserta tersebut dianggap belum mampu untuk menjadi duta tingkat Kabupaten Bima.
Dia tidak menyangkal kalau Nurul Awalia adalah peserta duta Desa Rasabou yang meraih juara pada MTQ Bolo. Akan tetapi, berdasarkan aturan yang dipakai sekarang, setiap juara tidak mesti langsung mengikuti MTQ Kabupaten Bima. “Tapi harus melalui tahapan TC dulu,” ujarnya.
Nah, saat TC dilakukan, Nurul Awalia tidak memberikan hasil maksimal atau layak untuk diikutsertakan. Bahkan, saat disuruh mendekorasi kaligrafi belum mahir. Berbeda saat tingkat kecamatan. Pada tingkat Kabupaten Bima, peserta akan menggunakan handam sebagai alat mendekorasi. “Pada tingkat kecamatan kemarin, Nurul Awalia hanya menggunakan spidol sebagai alat untuk mendekorasi,” jelasnya.
Masih kata Qorim, tidak diutusnya Nurul Awalia bukan dilakukan sepihak pihak panitia, akan tetapi sudah melalui aturan yang jelas. Kalau Nurul Awalia dipaksakan diutus, itu hal yang tidak mungkin karena tingkat kabupaten tidak boleh memggunakan spidol melainkan handam. “Intinya Nurul Awalia belum bisa menggunakan handam,” pungkasnya.
Apa itu handam? Berdasarkan http://www.kaligrafi.kaligrafer.com, Handam (calligraphy pens) adalah pena kaligrafi tradisional yang berasal dari sejenis tumbuhan paku telah diolah sedemikian rupa. Diraut dan dipoles dengan tehnik tertentu serta digunakan sebagai alat untuk membuat kaligrafi. Tumbuhan paku ini memiliki nama latin atau nama istilah ilmiah-nya dicranopteris linearis. (BK36)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.