Mataram, Bimakini.- Salah satu daya tarik Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTB 2018, terletak pada paket Zul-Rohmi. Selain dinilai melawan mainstream politik, juga terkesan ada hidden agenda.
Apalagi, figur Zul yang dianggap hadir dari kelompok minoritas, namun berada pada level atas. Sementara Rohmi yang dipandang dari kelompok mayoritas, berada diposisi kedua.
Lembaga Mi6 justru melihat disinilah kecerdikan politik mendesign paket Zul-Rohmi. Ada celah dan kesempatan yang hendak dimainkan dibalik kemunculan paket Zul-Rohmi.
Paket Zul-Rohmi pasti memiliki kalkulasi yang kuat dan alasan pembenar untuk politik konvensional. Semangat mendekonstruksi pola pikir lama sejatinya ingin ditampilkan dengan munculnya Zul Rohmi.
Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto yang akrab dipanggil Didu melihat Zul-Rohmi sebagai antitesa melawan kecendrungan dan pakem politik ortodok. “Maka jangan heran, ibarat kuda pacu langkah dan manuver politik Zul Rohmi dalam menggalang dukungan dan simpati rakyat sedemikian ofensif dan intensif. Dengan tim ramping plus mobilitas dengan daya jelajah cepat dan masiv dari satu titik ke titik lain, makin sulit ditandingi,” ujarnya di Mataram, Kamis.
Didu menduga, sebagai kreator politik Zul Rohmi, TGB ingin memainkan psikologi paslon lain dengan memasang paket Zul- Rohmi yang tidak populer, lemah sekaligus aneh. “Tentu sebagai arsitek politik , TGB punya hidden agenda yang belum saatnya diungkap,” katanya.
Didu melihat sejatinya TGB mempertaruhkan segalanya dibalik kreasi politiknya Zul Rohmi. TGB sadar bahwa eksperimen paket ini akan memberi effect domino yang luas dan dasyat. “Sadar posisinya dipandang underdog, Zul-Rohmi justru menjawabnya dengan makin rapi bergerak dan seolah olah tanpa beban,”ujar mantan Eksekutif Daerah Walhi NTB.
Kecepatan gerak Zul-Rohmi dalam melakukan penetrasi dan membuka jejaring baru, sebagai strategi taktis menambah barisan loyalis vottersnya di tengah lambannya gerak Paslon lain. “Celah ini yang kemudian dimanfaatkan Zul-Rohmi masuk ke jantung pertahanan paslon dikala lengah,” tambahnya.
Meskipun demikian lanjut Didu , dengan empat Paslon yang tampil di PilGub NTB kekuatan politik dan dukungan semua calon berimbang. “Tidak ada Matahari tunggal di PilGub NTB,” ujar Didu sembari menyebut bocoran info lembaga survey konon elektabilitas masing-masing paslon tidak terpaut dan Zul Rohmi masuk urutan keempat elektabilitasnya.
Selanjutnya Direktur Mi6 ini minta agar paket Zul-Rohmi sebagai anti tesa politik perlu menyakinkan ke publik yang masih ragu akan ikhtiar dan kapasitasnya. Belajar dari kemenangan TGB dalam pilkada 2008 silam yang menjadi paslon tidak diunggulkan dibanding incumbent saat itu. Diprediksi Zul Rohmi diarahkan seperti nostalgia politik TGB tahun 2008 yang berakhir dengan Happy ending tersebut.
Sebagai sutradara politik , lanjut Didu , Gerakan dan manuver Zul-Rohmi mirip dengan apa yang dilakukan TGB dulu. Mengandalkan kecepatan gerak dalam melakukan penetrasi step by step pada konsentrasi pemilih . Ciri lainnya adalah Zul Rohmi cenderung menguasai kantong-kantong pemilih dipinggiran atau akar rumput.
Didu memprediksi pascapenetapan Paslon oleh KPU NTB 12 Februari 2018, Pilgub NTB lebih dinamis. Hal ini terkait Paslon Pilgub NTB akan melepaskan semua atribut yang melekat pada dirinya, baik sebagai bupati, walikota dan anggota parlemen.
Terakhir lanjut Didu, peta Pilkada serentak di NTB juga menyulitkan Paslon dan parpol untuk melakukan sinergitas kerja tim dibasis pemilih. Ini terkait tidak liniernya koalisi Paslon di provinsi dan kabupaten/kota.” Ini tentunya secara psikologis politik akan berdampak pada kekompakan kerja teamwork jika tidak saling menjaga kepercayaan ,” pungkasnya . (PUR)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.