Mataram, Bimakini.- Prestasi luar biasa sprinter muda NTB, Lalu Muhammad Zohri, menjadi juara di Kejuaraan dunia Atletik U-20, di Tampere, Finlandia, Rabu (12/7) lalu, berhasil menyedot perhatian semua pihak. Tak terkecuali Bupati Lombok Utara, H Najmul Akhyar, sebagai orang nomor satu dimana Zohri berdomisili, yaitu di Dusun Karang Pansor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang.
Bupati KLU langsung merespon dengan memberikan bonus akan merenovasi rumah orang tua Zohri. Kenapa berupa renovasi rumah?. Karena rumah tempat Zohri tinggal bersama saudara-saudaranya, disebut tidak layak huni.
Lahir di Karang Pansor Lombok Utara, 1 Juli 2018, Zohri sepanjang hidup sebelum berkarir sebagai atlet, menghabiskan hidupnya di dusun tersebut. Rumah yang akan direnovasi Bupati adalah peninggalan orang tuanya, Lalu Ahmad Yani yang telah meninggal dunia tahun 2017. Sang ibu, Saeriah, lebih dulu meninggal dunia tahun 2015.
Zohri adalah bungsu dari empat bersaudara, Baiq Fazulah (29), Lalu Ma’rib (28), Baiq Fujianti (meninggal dunia) dan Zohri (18) sendiri.
Melihat ke belakang, kehidupan Zohri terlihat tidak berkecukupan. Untuk sekolah saja, Zohri kecil tidak punya sepatu. Alhasil, sementara teman-teman sekolahnya ada yang memakai sepatu, Zohri tanpa alas kaki.
Atas kehendak Allah, nasib Zohri kecil dan Zohri saat 18 tahun mulai berubah seiring dengan pilihan hidupnya menjadi atlet atletik NTB. Memulai pendidikan dasar di SD 2 Pemenang dan berlanjut ke SMPN 1 Pemenang, Zohri mendapat kesempatan memulai kehidupan baru dengan masuk ke PPLP binaan Dispora NTB. Zohri mendapatkankan beasiswa dengan bersekolah di SMA 2 Mataram. Di PPLP, bakat lari Zohri terasah baik lewat bimbingan pelatih berpengalaman.
Zohri yang ulet dan disiplin dalam berlatih, tidak perlu menunggu lama untuk memetik hasil latihannya. Tekad dan ketekunan dia membuahkan prestasi di tahun 2017, dengan menggondol 7 medali emas pada kejuaraan nasional. Berikutnya, tahun 2018, pada kejuaraan atletik junior Asia di Jepang, dapat emas 100 meter dengan catatan waktu 10.27 detik. Terakhir, kejuaraan dunia junior di Finlandia, medali emas 100 meter dengan cwaktu 10.18 detik.
Pilihan menekuni atletik, hal yang tidak pernah dibayangkan Zohri. Adalah Rosida, guru olahraga SMP 1 Pemenang, tempat Zohri bersekolah, yang pertama melihat ada sebuah bakat yang melekat pada Zohri. Rosida yang sering mengajak dan membujuk Zohri untuk latihan. Awalnya Zohri selalu menolak. Namun saat duduk di bangku kelas 3 SMP, Zohri.baru mempunyai keinginan untuk berlatih.
Soal rencana Bupati KLU akan merenovasi rumah Zohri, tawaran lain juga datang dari Ketua Umum KONI NTB, H Andy Hadianto. Direktur PT. DMB ini bahkan sudah meminta seseorang untuk mendesain pemugaran rumah Zohri. Andy berpendapat, rumah Zohri harus tetap seperti aslinya karena bagi dia rumah tersebut memiliki sejarah dalam kehidupan sang juara dunia. PUR
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.