Kota Bima, Bimakini..- Akibat Perambahan hutan yang massif, dari 200 titik mata air di Kota Bima, 150 diantaranya hilang. Ini terhitung dalam kurun waktu beberapa tanun terakhir.
Berdasarkan pemetaan Pemkot Bima melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), jumlah mata air di Kota Bima lebih dari 200 titik. Namun data akhir tahun 2019, hanya terdapat 50 titik. Itu pun dengan debit air yang semakin menurun.
Kabid Tata Lingkungan, DLH Kota Bima, Abdul Haris mengaku, berdasarkan hasil kajian tim, hilangnya mata air akibat dari alih fungsi lahan. “Menjadi penyebab utama terjadinya degradasi jumlah mata air karena alih fungsi lahan,” ungkap Haris.
Termasuk, kata dia, beberapa faktor lainnya, mendukung berkurangnya sumber mata air, yaitu curah hujan, musim kemarau dan faktor lainnya.
Meski demikian, Haris mengaku, dalam rangka mengembalikan keberadaan jumlah titik mata air tersebut, pihaknya telah melakukan beberapa terobosan. Seperti penanaman pohon pelindung disekitar mata air dan kawasan rechart area.
Namun setelah dievaluasi, tingkat keberhasilannya sangat kecil. Mengingat lahan yang dimanfaatkan untuk penanaman dimaksud sebagian besar sudah menjadi lahan milik masyarakat dan terjadi gesekan kepentingan di dalamnya.
Untuk itu, dibutuhkan kerjasama antarpihak dalam menyelesaikannya. Baik pihak swasta dan masyarakat dalam rangka menciptakan lingkungan yang asri dan berkelanjutan. “Sehingga keberadaan mata air dapat ditingkatkan baik secara kuantitas dan kualitas,” ujarnya.
Haris menambahkan, kondisi yang terjadi di kota Bima sudah dilaporkan ke Pemprov NTB. “Saya juga berharap warga juga sadar atas kondisi yang terjadi, apalagi dampaknya sangat dirasakan pada musim kemarau. Untuk itu mari kita jaga kawasan hutan demi kelangsungan hidup bersama,” ajaknya. (BE06)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.