SAAT ini, umat Islam memasuki hari ketujuh ibadah puasa Ramadan 1438 Hijriyah. Bagaimana perjalanan pengemblengan diri kita selama sepekan ini? Apakah masih dalam semangat yang kian meletup? Ataukah perlahan dan pasti sedang menuju jalanan menurun? Tentu saja, irama pada sepuluh pertama ini harus dimaksimalkan karena keutamaan di dalamnya. Ada rahmat dan limpahan pahala dari berbagai amalan yang dilakukan.
Jika kemarin ada yang berkonflik, seperti yang melibatkan kelompok warga desa di Kecamatan Woha Kabupaten Bima, maka selayaknya segera berdamai dan saling memaafkan. Lalu ‘balik kanan maju jalan’ segera meninggalkan luka sosial, kemudian menuju optimalisasi amaliyah hingga batas terjauh. Ya, sejauh-jauhnya amaliah yang bisa dikreasi.
Harus diakui, fase sepuluh hari pertama Ramadan memang terberat dan tersulit, karena peralihan dari kebiasaan pola makan normal menjadi harus menahan lapar dan haus mulai dari Subuh hingga Magrib. Pikiran juga sedang beradaptasi dan menyesuaikan diri penuh kesabaran dan keikhlasan agar dapat menunaikannya. Selayaknyalah, Allah memberikan keistimewaan dan membukakan pintu rahmat seluasnya bagi hamba-Nya yang sabar dan ikhlas menunaikannya. Mereka yang belum sepenuhnya ‘move on’ dari tindakan dan pengalaman negatif, mari segera berbenah diri.
Dalam konteks meraih itulah, mari kita menjaga ritmenya agar tetap dalam koridor keimanan. Jangan sampai kita melewatkan kesempatan mendapatkan rahmat pada sepuluh hari pertama ini, jangan hanya berdiam diri tanpa aktivitas ibadah. Mari memanfaatkan lintas detik Ramadhan sebagai lahan ibadah. Antara lain menggiatkan tadarusan, berdoa, sholat shunah, beramal saleh dan membantu orang lain. Selain itu, meningkatkan silahturahmi dan menjaga hubungan baik. Itu juga bagian tidak terpisahkan dari ibadah.
Semoga saja lintasan sepuluh hari pertama ini mampu kita lewati dalam ghirah tinggi semangat beribadah dalam makna luas. Bekal tahapan pertama ini, jika mampu membasuh jiwa kita, akan menjadi kredit poin untuk mengarungi sepuluh hari kedua. Setiap detik Ramadan adalah lintasan penuh makna. Sayang bila diabaikan, karena sama sekali tidak ada jaminan dan garansi berapa lama kita akan hidup.
Mari menabung amal. Sarinci pahala, kata orang Bima. sehingga Stok amal haruslah tersedia banyak, karena sesungguhnya kita sedang antre menuju jalan pulang…(*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.