Bima, Bimakini.- Memeringati Hari Guru Nasional, Serikat Guru Indonesia (SGI) Kabupaten Bima, akan menggelar seminar nasional, Sabtu (18/11/2017). Kegiatan akan berlangsung di aula SMKN 3 Kota Bima dan menghadirkan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Republik Indonesia (RI) Bidang Pendidikan Retno Listyarti, MSi.
Retno juga adalah mantan seketaris jendral Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Selain itu, Kepala Upt Layanan Dikmen PK dan PLK Bima Provinsi NTB, Abas, MPd dan Kadis Dikbud Kota Bima, Drs H Alwi Yassin, MAP.
Ketua SGI Kabupaten Bima, Eka Ilham, MSi mengatakan, kegiatan ini akan diikuti guru tingkat SMA/SMK/ SLB/MA/SD/SMP Se Kota dan Kabupaten Bima. Diharapkannya momen penting ini dapat diikuti oleh kepala sekolah, guru, stackholder pendidikan, masyarakat umum, mahasiswa, dan masyarakat yang peduli tentang pendidikan karakter di sekolah.
“Sejak satu pakan yang lalu kami sudah mengirimkan undangan di seluruh sekolah untuk berpartisipasi dalam kegiatan seminar nasional ini. Peserta seminar nasional akan mendapatkan fasilitas berupa satu buku pendidikan karakter dalam metode aktif, inovatif dan kreatif karya ibu Retno Listyarti, M.Si, Sertifikat Nasional untuk penunjang kenaikan pangkat atau golongan bagi para guru,” ujarnya dalam siaran persnya yang diterima redaksi, Kamis (16/11/2017).
Dijelaskannya, selama ini guru sudang mengajarkan tentang pendidikan karakter, namun masih seputar teori dan konsep. Belum sampai ke ranah metodologi dan aplikasinya dalam kehidupan.
Idealnya, kata dia, dalam setiap proses pembelajaran mencakup aspek konsep (hakikat), teori (syariat), metode (tarikat), dan aplikasi (makrifat). Jika guru sudah mengajarkan kurikulum secara komprensif, maka kebermaknaan yang diajarkannya akan lebih efektif.
“Tanpa pijakan dan pemahaman tentang konsep, teori, serta metode yang jelas dan komprehensif tentang pendidikan karakter pada sekolah-sekolah akan menjadi sia-sia. Pendidikan moral dalam keseharian sering dipakai untuk menjelaskan aspek-aspek yang berkaitan dengan etika,” jelasnya.
Selain itu, kata dia, pembelajarannya lebih banyak disampaikan dalam bentuk konsep dan teori tentang nilai benar dan salah. Sedangkan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari tidak menyentuh ranah afektif dan psikomotorik.
“Proses pendidikan dengan bahasa sederhana adalah mengubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Namun, pada praktiknya lebih ditekankan pada aspek prestasi akademik, sehingga mengabaikan pembentukan karakter siswa,” terangnya.
Meskipun, tambahnya, dalam teori sosiologi menyebutkan bahwa pembentukan karakter menjadi tugas utama keluarga. Namun sekolah pun ikut bertanggung jawab terhadap kegagalan pembentukan karakter di kalangan siswanya. “Karena proses pembudayaan menjadi tanggung jawab sekolah,” urainya.
Untuk itu, kata dia, SGI mempunyai tanggung jawab moral membumikan penguatan pendidikan karakter di sekolah. Salah satunya dengan menghadirkan narasumber pusat yang akan memberikan metode, konsep, dan bagaimana implementasinya di sekolah. “Sangat tepat sekali jika sekolah, guru, dan semua elemen yang peduli tentang pendidikan untuk hadir di kegiatan seminar nasional ini,” ujarnya. (IAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.