Mataram, Bimakini.com.- Lima orang tewas ditembak oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror, diduga adalah pelarian dari Poso. Tujuh orang diduga masuk ke wilayah NTB, namun dua diduga berhasil kabur. Jenazah kelimanya dibawa ke Rumah Sakit Polri Keramat Jati Jakarta untuk di otopsi.
Informasi dari pihak kepolisian, penyergapan pertama berlangsung di sebuah gubuk di Desa Rora Kecamatan Donggo, daerah perbatasan antara Kabupaten Bima dengan Dompu. Dari penyergapan Pukul 18.00 Wita ini, Densus menembak mati terduga teroris diketahui bernama Roy alias Rois asal Makassar Sulawesi Selatan dan Bahtiar asal Desa Timu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Dari TKP ini, aparat mengamankan barang bukti satu sepeda motor dan dua senjata api (Senpi) jenis Revolver dan laras panjang jenis FN.
Sedangkan TKP kedua, penyergapan berlangsung di belakang Terminal Ginte, Kelurahan Kandai Dua Kabupaten Dompu, Sabtu Pukul 06.00 Wita. Dari penyergapan ini, tiga terduga teroris tewas di tempat. Mereka menurut kepolisian diketahui sudah melengkapi diri dengan bom di tubuh karena mengetahui akan disergap aparat. Ketiganya belum diketahui identitasnya karena masih menunggu hasil identifikasi Mabes Polri. Dari tangan mereka diamankan barang bukti bahan peledak high explosive. Bahkan tim Gegana Brimob terpaksa meledakkan (Disposal) tiga bahan peledak tersebut.
Informasi yang dihimpun Bimakini.com di Desa Rora, warga tidak mengetahui ada kejadian di wilayah mereka. Namun, ada yang mengatakan ada kejadian diduga kecelakaan di sekitar jembatan Desa Manggenae Kabupaten Dompu. Kedua orang yang mengendarai sepeda motor dicegat oleh tiga mobil.
“Mereka menggunakan pakaian preman, namun bersenjata lengkap,” ujar Amirudin.
Tidak ada yang menduga kejadian tersebut, kata Amirudin, karena begitu cepat. Bahwa pengentara yang melintas menduga itu kecelakaan lalu lintas.
Sementara itu, di Mataram, Sabtu petang, Kapolda NTB, Brigjen Pol Mochammad Iriawan, SH, MH menegaskan, mereka dilumpuhkan hingga tewas karena berusaha melawan Densus 88 saat akan digerebek. “Mereka ini teroris DPO Poso yang masuk ke NTB, dan terpaksa dilakukan penindakan tegas sehingga meninggal dunia karenba saat digerebek berusaha melawan Densus,” kata Kapolda saat memberi keterangan pers bersama Gubernur NTB, KHM Zainul Majdi, MA.
Dari hasil identifikasi Densus, sebagaimana informasi diterimanya, ada total tujuh DPO yang berangkat dari Poso melalui Makassar kemudian masuk melalui Pelabuhan Tanjung Kota Bima. Mereka kemudian berpencar, Tiga orang ke Rora dan lima lainnya di Dompu. “Mereka diketahui akan melakukan aksi terror di Dompu dan Bima. Informasi ini kita terima sejak sebelum Natal,” kata Kapolda, namun enggan dijelaskan aksi terror dalam bentuk apa yang akan dilakukan kelompok Poso ini.
Beruntung para pelaku gagal melakukan aksi terror, karena ruangnya yang dipersempit aparat Densus yang memang sejak awal sudah menguntit sejak keluar dari Posos. Kenapa mereka sampai lolos ke Bima? Menurut Kapolda, penyergapan tidak memungkinkan dilakukan di Poso, sehingga kelompok tujuh ini dibuntuti kemudian di lumpuhkan di Dompu dan Bima.
Ditambahkannya, atas perintah Mabes Polri, jenazah kelima terduga teroris ini langsung dibawa ke Jakarta secara bertahap. Dua jenazah dari Bima diberangkatkan malam itu juga dan tiba di Bandara Internasional Lombok (BIL) Pukul 12.00 Wita. Tiga jenazah berikutnya diberangkatkan pagi dari Dompu dan tiba Pukul 17.55 di BIL. “Kelima jenazah diterbangkan dengan jenis pesawat yang sama, Lion Air,” beber Kapolda. “Memang sempat akan di bawa ke RS Bhayangkara, tapi atas perintah pihak Mabes Polri, diminta langsung dibawa ke Jakarta,” sambungnya.
Dikatakannya, tim Densus Antiteror Mabes Polri melakukan penggerebekan di Mangge Nae, pada Jumat (4/1) sekitar pukul 18.00 Wita, dan menembak mati dua orang tersangka teroris masing-masing Roy asal Makkassar, Sulawesi Selatan, dan Baktiar asal Bima, NTB.
"Keduanya melakukan perlawanan terhadap Tim Densus sehingga terpaksa ditembak mati. Barang bukti yang disita berupa satu unit sepeda motor dan dua unit senjata api laras pendek masing-masing jenis FN dan Revolver," ujarnya.
Selanjutnya, pada Sabtu (5/1) sekitar pukul 06.30 Wita, Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri melakukan penggerebekan di tempat persembunyian tersangka tindak pidana terorisme lainnya di Dusun Kendai 2, Desa Bintek, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu.
Dalam aksi penggerebekan itu, tiga orang teroris DPO Poso ditembak mati karena melakukan perlawanan. Apalagi salah seorang menggenggam senjata api dan memakai jaket bom dan hendak meledakkan bom tersebut.
"Namun, identitas ketiga orang itu belum diketahui karena tidak ada petunjuk identitas ditubuh mereka. Tidak ada kartu apa pun, sehingga masih perlu diidentifikasi oleh tim Densus Antiteror Mabes Polri untuk mengungkap identitas mereka," ujarnya.
Iriawan menyebut barang bukti yang disita dalam aksi penggerebekan di Dusun Kendai 2 itu, berupa bahan-bahan untuk merakit bom, dan tiga buah bom yang siap meledak, namun sudah dijinakkan oleh tim Densus Antiteror.
Hanya saja, seorang tersangka tindak pidana terorisme yang juga DPO Poso berhasil melarikan diri, dan hingga kini belum ditemukan.
Dengan demikian, dari dua lokasi penggerebekan lokasi persembunyian teroris DPO Poso itu, lima orang ditembak mati, dan seorang melarikan diri.
Kelima jenazah teroris DPO Poso itu sudah diterbangkan ke Jakarta dalam dua tahapan, yakni dua orang pada pukul 14.30 Wita, dan tiga orang lainnya pada pukul 17.00 Wita.
"Kini, kelima jenazah itu sedang disemayamkan di Rumah Sakit Polri di Kramat Jati, Jakarta. Untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut, terutama mengungkap identitas tiga orang yang belum diketahui itu," ujarnya.
Iriawan mengungkapkan lima orang tersangka teroris itu merupakan bagian dari tujuh orang teroris DPO Poso yang masuk ke Bima melalui jalur pelayaran dari Makkasar, beberapa pekan lalu.
Dua orang teroris lainnya masih dalam pengejaran, seorang berhasil kabur saat penggerebekan di Kendai 2, Dompu, dan seorang lainnya belum diketahui keberadaannya.
"Keterangan dari tim Densus, semula mereka hendak beraksi di Bima dan Dompu, sehingga dilumpuhkan lebih dulu sebelum rencana aksi itu terwujud," ujar Iriawan yang duduk disamping kiri Gubernur NTB. (BE.16/Bimeks/Ant)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.