Bima, Bimakini.- Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Baiturahman, H Juwaid SPd, memberikan santunan kepada Rasya salah satu siswa sekolah setempat yang tewas tenggelam beberapa waktu lalu. Jumlah santunan yang diterima oleh keluarga siswa yang tergolong autis hiperaktif tersebut sebesar Rp. 12.500.000, yakni untuk biaya acara pengajian hingga 44 hari dan lainnya.
“Kita sudah buat kesepakatan bersama, salah satu isi kesepakatan tersebut pihak sekolah bersedia memberikan santunan,” ujar Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Baiturahman, H Juwaid SPd, di ruangannya, Selasa (9/11).
Kata H Juwaid, dalam surat kesepakatan tersebut tidak saja bersedia memberi santunan, namun pihak sekolah dan keluarga korban saling memaafkan, karena menganggap meninggalnya siswa tersebut sebagai takdir yang tidak dapat dihindari, sehingga tidak menuntut apapun atas perisitiwa nahas dialami siswa asal Desa Bolo, Kecamatan Madapangga itu.
“Surat kesepakatan tersebut ditandatangani oleh beberapa saksi – saksi, termasuk aparat kepolisian dan keluarga dekat korban,” tuturnya.
Tidak saja itu, terkait kejadian tersebut sudah dibuatkan surat penolakan autopsi terhadap korban. Sehingga suatu waktu tidak akan dilakukan pembongkaran mayat jenazah dengan alasan apapun.
“Alhamdulillah semua surat – surat sudah dibuat, yakni untuk kenyamanan bersama,” terangnya.
Disinggung kenapa tidak hadir melayat hingga terjadi aksi hadang jalan yang dilakukan warga Desa Bolo, Kecamatan Madapangga. Disebutkannya, pada prinsipnya sangat mengharapkan hadir ke rumah duka untuk melayat, tapi saat itu banyak masukan supaya diirinya tidak hadir dengan alasan keamanan. Bahkan saya disuruh beranjak dari sekolah untuk menjaga hal – hal yang tidak diinginkan.
“Setelah korban dipastikan meninggal dunia di RSU Sondosia, saya berniat melayat. Tapi saat itu dicegat oleh orang – orang yang ada di RSU Sondosia dan disuruh mengamankan diri ke Mapolsek Bolo,” ungkapnya.
Dijelaskannya, pasca kejadian itu membuat trauma dewan guru yang ada di sekolah setempat. Mereka takut ada hal – hal yang tidak diinginkan dan memilih tidak masuk sekolah.
“Tadi kita rapat dengan semua guru, supaya mereka hadir di sekolah dan melakukan aktivitas seperti biasanya,” jelasnya. KAR
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.