Peredaran Narkoba jenis sabu kembali menjadi pemberitaan hangat di daerah Mbojo. Kaum muda menjadi sasaran dari peredaran barang haram ini. Terakhir, dua warga yang diduga berstatus pacaran dibekuk aparat Kepolisian Resort Bima Kota sekitar pukul 10.00 Wita, Rabu (11/9) lalu. Penangkapan itu dilakukan saat keduanya mengonsumsi barang itu, plus menyita barang bukti dua poket sabu, satu perangkat alat hisap, dua korek gas, dan empat unit telepon seluler. Kemunculan kasus itu, kembali menjadi isyarat bahwa potensi peredaran dan pembisnisan Narkoba masih ada.
Bima memang daerah yang posisi geogragisnya terbuka. Keterlibatan dua warga dalam kasus itu mesti terus didalami. Apakah sebagai pengedar ataukah hanya sekadar pemakai. Dalam posisi apapun mereka, penelusuran tetap mendesak dilakukan untuk mengetahui kontribusinya dalam dunia sabu di wilayah Mbojo. Kasus itu kembali membuka mata dan pikiran kolektif bahwa perang terhadap Narkoba mesti terus digelorakan, tidak boleh dibiarkan padam begitu saja. Agresivitas dalam semangat pemberantasan selayaknya jauh lebih kuat dan bergaung luas, ketimbang strategi pengedaran para pelaku yang seringkali muncul dalam modus berbeda. Inilah tantangan bagi aparat Kepolisian.
Tetapi, jangan lupa bahwa publik pun bisa berkontribusi terhadap pemberantasan barang itu. Kasus penangkapan dua warga di Penaraga itu adalah contoh bahwa laporan masyarakat sangat diperlukan untuk membantu aparat mengusut benang-kusut peredaran Narkoba. Harus diakui laporan seperti itu membantu aparat untuk memudahkan identifikasi dan mengungkapnya. Nah, pada kesempatan lainnya dan di wilayah tempat tinggal masing-masing, informasi dari masyarakat ditunggu.
Mesti diingatkan, perang terhadap Narkoba tidak bisa hanya mengandalkan aparat saja, tetapi mesti dilakukan secara kolektif dan lintas sektoral. Narkoba harus dikepung dari semua arah mataangin dan tidak memberi peluang muncul sedikit pun. Gerakan ‘Say No to Narkoba’ mendesak kembali digaungkan lebih luas pada publik, terutama kaum muda, remaja atau pelajar. Kelompok usia seperti mereka sangat potensial menjadi sasaran pasar dan terjebak dalam aroma Narkoba.
Sekali lagi, kasus terakhir di Penaraga itu mesti kembali mampu menghentak kesadaran kita semua bahwa musuh bersama ada di sekitar kita. Bahkan, siapa tahu, ada di tengah keluarga kita yang menjebak kaum muda dna remaja masa depan. Sembari menggaungkan semangat memerangi Narkoba, mari lebih intensif mengawasi anggota keluarga kita masing-masing. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.