Kota Bima, Bimakini.com.- Pembinaan mental-spritual menjadi satu di antara titik tekan dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak/Sekolah Dasar Islam Terpadu (TK/SDIT) Insan Kamil Kota Bima. Para siswanya diberikan materi pembinaan akademik secara imbang dan proporsional dengan guru yang berkompeten.
Pada waktu bersamaan, siswa juga dibina materi mental-spirituala dengan menanamkan nilai-nilai agama, moralitas, dan kedisplinan. Satu di antaranya adalah membiasakan anak shalat tepat waktu. Selain itu, membiasakan anak berdisplin, mencintai kebersihan, dan menghormati sesama.
Kepala TK/SDIT Insan Kamil, Erni Juhaena, SP, mengaku pihaknya lebih menguatirkan anak didiknya tidak jujur, tidak disiplin, tidak memiliki rasa empati dan menghormati orang lain ketimbang tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung. Mengapa? Menurutnya, untuk mampu mewujudkan anak didik mampu membaca, menulis, dan berhitung atau bahkan meniakan nilai akademik hanya butuh waktu 3-6 bulan saja dengan cara mengintensifkan pengajaran.
Tetapi, untuk mendidik perilaku moral, etika, disiplin, kejujuran dan lainnya, menurut penelitian dibutuhkan waktu 15 tahun. Bahkan, mengajarkan membaca, bisa dilakukan kapan saja. Setelah mereka dewasa dan tua sekalipun masih bisa dilakukan. Namun, mengajarkan etika dan moral seperti yang disebutkan di atas sangat terbatas. “Efektifnya dimuai saat balita da berakhir saat mereka kuliah,” ujarnya.
Menurutnya, untuk mengubah perilaku moral orang dewasa yang sudah telanjur rusak dan buruk, hampir sebagian besar orang tidak mampu melakukannya. “Maka atas dasar itulah, kami sejak dini sangat intensif menanamkan nilai-nilai tersebut pada anak didik,” ungkapnya.
Dia menilai satu di antara kegagalan pendidikan di Indonesia bukan karena mereka bodoh secara akademik, tetapi hasil pendidikan tidak melahirkan anak yang bermoral baik, disiplin, mencintai sesama, mencintai kebersihan, mencintai lingkungan, gemar berbagi, dan berempati pada sesama. Untuk melihat hasil didikan dan kemajuan dunia pendidikan seperti ini, baru dirasakan 15 tahun ke depan.
“Kalau kita tidak memulainya dari sekarang, maka jangan heran jika banyak siswa yang bentrok antarsesama, saat kuliah terlibat tawuran, ketika kerja tidak jujur, saat jadi pejabat cenderung korup dan jadi masyarakat tidak disiplin,” urainya.
Dia mengajak agar semua keluarga melakukan hal yang sama. “Mulailah dari diri sendiri, keluarga, dan dari sekarang, meski pada hal-hal kecil dan sepele,” sarannya. (BE.14)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.