Generasi muda Kota Bima, terutama kalangan pelajar, diharapkan memiliki akhlak terpuji. Harapan yang normatif. Sebagai calon pemimpin masa depan, mereka-lah yang menggantikan generasi saat ini. Wali Kota Bima, HM. Qurais, pun berharap level kualitas sama. Generasi muda selayaknya menjadi fokus perhatian karena posisi strategis mereka di panggung sejarah.
Harapan itu sangatlah beralasan. Masalahnya, pekan ini publik Mbojo dikejutkan dengan kemunculan kasus Narkoba yang diduga melibatkan pemuda di Wawo dan seorang pelajar. Ketika Narkoba telah memasuki ruang keseharian kaum muda, maka itu merupakan sinyal darurat kondisi suatu daerah. Narkoba adalah virus berbahaya yang sangat mengancam masa depan. Dua kasus itu telah menambah deretan
Wali Kota tepat ketika menginginkan lembaga pendidikan bisa menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam rangka membangun generasi yang lebih baik. Tampilan moralitas generasi yang buruk saat ini, dikuatirkan bisa memunculkan figur pemimpin yang tidak kredibel, bahkan culas. Ada yang mencurigai bahwa karut-marut soal kepemimpinan negeri ini adalah ‘investasi’ masa lalu yang diproduksi oleh sejarah sebelumnya. Indonesia mesti menangguk beban sejarah yang sangat berat. Tidak bisa diurai dalam waktu cepat, tetapi membutuhkan durasi generasi. Nah, tentu saja kita tidak mengharapkan Mbojo tidak terperosok masalah itu.
Dalam konteks Bima, kita tentu saja perlu melihat sisi ini sebagai sesuatu yang serius. Jika generasi telah dipenggaruhi Narkoba akan menyebabkan pikiran mereka tercemar oleh unsur-unsur jahat yang menghanyutkan. Mbojo mesti melahirkan generasi terbaik, namun tentu saja mesti menggiring kondisi yang memungkinkan lahirnya kader terbaik itu. Bukan kader Narkoba! (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.