Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Moratorium Hiburan Malam

ilustrasi

ilustrasi

Kasus pembacokan dan penganiayaan yang berawal dari arena hiburan malam sudah lama berderet panjang di Dana Mbojo dan Dompu.  Jika peristiwanya muncul, maka ungkapan keprihatinan meluap. Gagasan soal pelarangan aktivitas hiburan malam, terutama di perkampungan, pun menyeruak ke permukaan. Ya, dari  aparat hukum, pejabat pemerintahan, pemerhati sosial, dan masyarakat umum. Namun, faktanya tidak ada yang serius diwujudkan. Paling tidak itulah yang terjadi di depan kita hari ini.

Fakta di depan mata kita pula, korban terus berjatuhan. Tidak saja bersimbah darah dan terluka parah, tetapi juga meregang nyawa. Bahkan, ada yang tewas di lokasi kejadian. Rangkaian seperti itu terus berulang. Ibarat lingkaran tidak berujung. Lalu bagaimana seharusnya dilakukan? Siapa yang selayaknya maju menggusung gagasan dan merealisasikannya pada dataran riil?

Arena hiburan malam selalu diikuti pengunjung yang menenggak minuman keras dan membawa senjata tajam (Sajam). Di perdesaan, Sajam ini oleh sebagian remaja dan pemuda menjadi ‘menu wajib’ diselipkan di balik baju. Jika sebelumnya ada yang menyimpan dendam, maka arena hiburan itu seolah menemukan momentum yang tepat untuk diekspresikan.  Sedikit saja ada ketersinggungan, ditambah aroma Miras membaluti mulut, maka Sajam melayang bebas sasaran. Siapa saja, apakah sasaran yang memang diincar, atau malah kawan dan aparat yang bermaksud melerai. Dalam kondisi emosi meninggi ditambah pengaruh Miras, maka aksinya seperti di medan perang sesungguhnya. Sekali lagi, kejadian seperti itu sudah jamak muncul. Kita, lagi-lagi, hanya mengiringinya melalui kalimat keprihatinan dan penyesalan. Sampai kapan?

Merujuk dari sejumlah kasus berdarah selama ini, tampaknya rencana pelarangan acara hiburan malam hari  pada seluruh wilayah kecamatan, perlu segera dicoba.  Paling tidak untuk beberapa waktu untuk menguji reaksi, kondisi masyarakat, dan efektivitasnya. Semacam  moratorium. Sebagai ikhtiar untuk menekan angka konflik yang berawal dari acara malam hari. Wacana yang disampaikan Wakil Bupati Bima, Dahlan M Noer soal itu, perlu didorong untuk segera diwujudkan. Tentu saja   setelah menelaah ragam sisi pertimbangan dan koordinasi dengan seluruh pihak yang berkaitan. Jika memang ada izin yang diberikan, maka gambaran kegiatan dan jaminan keamanan harus dipastikan. Setidaknya, sebagai pintu masuk untuk menekan kemungkinan ada konflik dan kericuhan.  Wilayah perdesaan memiliki tingkat kerawanan untuk pengetatan aturan.

Kita berharap wacana pelarangan hiburan pada malam hari perlu intensif didiskusikan, lalu dicoba untuk menguji efektivitasnya. Semacam ‘test the water’. (*)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait