Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Kabupaten Tetangga itu…

Massa Oi Katupa saat aksi di depan Kantor Pemkab Bima, Kamis.

Massa Oi Katupa saat aksi di depan Kantor Pemkab Bima.

Seorang Facebooker di Bima menulis pada dinding akunnya menyentil sengketa lahan antara warga Desa Oi Katupa Kecamatan Tambora Kabupaten Bima dengan PT Sanggar Agro. Sengketa yang kini telah menggiring puluhan warga Oi Katupa bertahan hidup di tenda darurat hingga 22 hari lamanya. Isinya antara lain ‘…masalah HGU Sanggar Agro sudah lama bergolak dan entah kapan akan terhenti, Kabupaten Tetangga sudah bikin pabrik jagung dan gula, kita?…”

Jika didalami, pesan maknanya sangat dalam. Membandingkan antara kondisi Kabupaten Bima dengan Kabupaten Dompu dalam hal investasi. Maksudnya, kisruh yang terjadi saat ini jika tidak segera diatasi, akan menyebabkan energi positif yang seharusnya untuk membangun dan menggelorakan investasi akan terbuang percuma. Memang, untuk saat ini ada perbedaan kontras antara geliat investasi Mbojo-Dompu. Sebagaimana sindiran status itu, ketika yang lain sedang membicarakan pabrik jagung dan pabrik gula, konflik belum terselesaikan. Ketika yang lain sudah berlari, kita masih bersiap di garis start untuk rencana melesat. Padahal,  sekian menit keterlambatan berlari, sejumlah peluang hangus tidak termanfaatkan.

Ya, sorotan itu positif dalam rangka memacu motivasi untuk ‘move on’. Bagaimana segera keluar dari lilitan masalah dan mengejar ‘Kabupaten Tetangga’ yang sudah mengoperasionalkan  potensi sumberdaya alamnya untuk peningkatan pendapatan daerah dan kesejahteraan rakyat. Tentu kita berharap belitan problema ini segera menemukan titik temu, selanjutnya mengonsolidasi kekuatan untuk memanfaatkan potensi daerah. Kabupaten Bima memiliki potensi peternakan, perkebunan, dan pertanian yang cukup memadai untuk dikembangkan. Tinggal sekarang menyelesaikan masalah sengketa lahan yang kini muncul.

Harus diakui, sejumlah kendala investasi muncul di Kabupaten Bima dan selalu berhadapan dengan rakyat. Posisi berhadapan antara investor versus rakyat sangat merugikan iklim  investasi. Apalagi, aspek keamanan dan kenyamanan merupakan lirikan awal investor. Dalam konteks ini, bagaimana caranya menyelamatkan ruang investasi dan kepentingan rakyat dalam waktu bersamaan agar mampu berlari sejajar dengan pencapaian ‘Kabupaten Tetangga’. Semoga segera ada solusi melegakan! (*)

Iklan. Geser untuk terus membaca.
Bagikan berita

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait