Pekan lalu, dalam waktu yang berdekatan muncul kasus penganiayaan menggunakan senjata tajam (Sajam) Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Belo Kabupaten Bima. Terjadi di halaman sekolah setempat. Rangkaian kekerasan di lingkungan Widyatamandala ini menguatirkan, apalagi karena kejadian itu merupakan lanjutan dari ragam kekerasan yang melibatkan siswa di wilayah setempat. Akrabnya pelajar (Belo) dengan Sajam tentu saja pukulan telak bagi jajaran pendidikan karena menciderai sasaran yang ingin dicapai.
Maka menjadi wajar jika ada publik yang bertanya ada apa dengan pelajar Belo? Mengapa Sajam menemani proses belajar mereka, bukannya alat tulis dan buku. Lokasi kejadian di sekolah menunjukkan longgarnya pengawasan pihak sekolah. Pesan kejadian itu sangatlah jelas, ke depan razia selayaknya intensif dilakukan. Ini kecolongan yang tidak boleh terulang.
Aparat Kepolisian setempat kita harapkan merutinkan razia dan meningkatkan kemampuan intelejen untuk mengendus kaum muda dan remaja yang biasa membawa Sajam. Warna kekerasan tidak boleh muncul di sekolah, karena merupakan pengembangan karakter dan intelektualitas bagi generasi masa depan.
Faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, di antaranya faktor dalam diri individu yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan di sekitarnya. Berikut semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang berkelahi biasanya tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya. Faktor eksternal yang dominan adalah keluarga dan lingkungan. Keluarga adalah tempat pendidikan pertama dari orangtua. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan di dalam keluarganya atau pun lingkungannya, setelah dia tumbuh menjadi remaja yang juga terbiasa dengan warna kekerasan.
Nah, apakah kekerasan pelajar Belo itu merupakan ‘sumbangan dan kontribusi riil’ dari ragam kejadian yang muncul di sekitar Kae selama ini? Atau umbaran kasus di Dana Mbojo umumnya? Belum lagi warna kekerasan yang muncul melalui pemberitaan televisi dan media cetak. Harus diakui, masyarakat khususnya remaja saat ini masuk dalam pusaran kondisi di mana kekerasan muncul secara massif. Remaja pula terbentuk dalam sentimen kelompok geng dan mudah berbenturan dengan kelompok lainnya meski dipicu hal sepele.
Dalam konteks ini, maka tidak hanya pelajar Belo yang memerlukan pembinaan dan pengawasan lebih, tetapi juga wilayah lainnya. Mari selamatkan pelajar kita…(*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.