Kota Bima, Bimakini.- 500 sumber mata air di Kota dan Kabupaten Bima hilang, salah satu faktor utama adalah pembukaan jalan di pegunungan, hingga memicu pembabatan hutan secara massif.
Hal itu disampaikan Kepala BKPH Maria Donggo Masa, Ahyar saat kegiatan Gerakan Selamatkan Mata Air (Geram), yang diinisiasi oleh KAPAK, di Kelurahan Jatibaru Timur, Senin (24/12).
Diungkapkannya, kondisi mata air di Bima saat ini sudah sangat kritis. Dari data yang dimiliki, 700 lebih mata air di Bima, 500 hilang. Sementara yang tersisa, pun terancam.
“Secara umum, mata air yang ada di Kota Bima dan Kabupaten Bima ada sekitar 700 mata air. Saat ini hanya tersisa 200 sumber mata air, itu belum diketahui apakah 200 itu masih terjaga atau tidak, ” ujarnya.
Kondisi yang 200 ini, kata dia, masih bertahan dengan kondisi terancam. Pemicu hilangnya mata air yang paling nyata adalah hilangnya fungsi hutan, karena pembukaan jalan baru, kemudian mempercepat terjadinya perambahan kawasan.
Selain itu, kata dia, faktor terbitnya SPPT, yang menjustifikasi bagi masyarakat untuk menguasai kawasan. Kemudian, jagung juga menjadi faktor untuk mempercepat perambahan kawasan hutan.
Untuk itu, pihaknya melihat ada empat isu utama yang harus dihadapi saat ini. Pembukaan jalan usaha tani atau jalan ekonomi, perambahan untuk jagung, SPPT di dalam kawasan hutan, dan terakhir pencurian kayu.
“Meskipun pencurian kayu ini minimal, tapi tiga yang pertama ini menjadi momok dan menjadi kerja berat BKPH untuk menanggulangi,” jelasnya.
Dia berharap ke depan, jagung ini bisa dijadikan teman. Menanam jagung sambil melestarikan hutan dan tidak melakukan perambahan. Kendati harus diakui, masyarakat butuh mencari makan dalam waktu yang singkat dan itu tidak bisa dilarang. Tapi prosesnya harus diatur, sehingga masyarakat bisa nanam jagung dan hutan tetap lestari.
Untuk wilayah Maria Donggo Masa, pihaknya memiliki target bahwa selama tahun 2018 sampai dengan tahun 2019, lima wilayah yang memiliki sumber mata air harus dijaga dengan baik. Sehingga ada 45 mata air yang harus diperhatikan serius, dari kondisi yang memang sudah kritis. “Ini fokus kerja kita saat ini,” katanya.
Apa yang dilakukan KAPAK bersama komunitas lainnya, kata dia, sangat diapresiasi, dalam melestarikan mata air. Aksi nyata ini harus terus digalakkan dan diikuti oleh semua pihak.
“Daripada kita lebih banyak berdiskusi dan tidak jelas juntrungannya, lebih baik kita berbuat. Menanam, menjaga hutan dan lingkungan serta merawat sumber mata air,” tambahnya. (DED)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.