Bima, Bimakini.com.- Banjir yang melanda areal persawahan Desa Parangina Kecamatan Sape, Jumat pekan lalu, menyisakan duka bagi para petani. Betapa tidak, tanaman padi yang telah berbulir dan bawah sudah berumur 30 hari disapu lumpur. Bahkan, ada yang baru ditanam. Jika dirupiahkan, kerugian sekitar ratusan juta.
Kepala Desa Parangina, M, Amin H. Musa, yang dihubungi Selasa pagi mengatakan akibat banjir itu sekitar 50 hektare (ha) tanaman rusak, 20 ha tanaman bawang dan 30 ha padi. Petani merugi karena tanaman padi sedang tumbuh subur dan berbulir, sedangkan bawang sedang menunggu panen.
Berdasarkan pendataan yang dilakukan, areal yang dilabrak banjir sekitar pukul 14.30 WITA itu meliputi so Ta’a Sepe, so Mala, so Lasi Ese dan Lasi Awa (bawang), so Mpungga, Lewi bajo, Parapi, dan Wawo Rasa (padi).
Dalam kondisi harga bawang yang mahal saat ini, katanya, petani kelabakan karena impian meraih hasil menjanjikan pupus. Jika dikalkulasi dalam nilai rupiah, kerugian mencapai miliaran.
Diakuinya, sungai yang membelah areal persawahan di wilayah Parangina itu sudah dangkal sehingga memerlukan pengerukan atau penggalian. Beberapa waktu lalu, Bupati Bima mengisyaratkan akan mengeruk menggunakan eksavator, namun saat itu tidak ada peralatan yang lowong. Pengerukan itu mendesak karena dalam kondisi dangkal seperti itu ancaman luapan banjir terjadi kapan saja.
Sebagai langkah tanggap darurat, Amin meminta Bupati Bima agar membuat kebijakan dalam pembagian beras untuk masyarakat miskin (Raskin). Dia mengusulkan agar Parangina diprioritaskan untuk pembagian bulan April, Mei, dan Juni. “Kita tidak minta gratis, tetap dibayar warga, tetapi pembagiannya diprioritaskan karena warga menghadapi musibah,” katanya melalui telepon seluler, Selasa siang.
Untuk permintaan itu, diakuinya, telah mengirim surat pada Bagian Perekonomian dan Bagian Umum Setda Kabupaten Bima. (BE.12)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.