Ada yang perlu dikritisi dari fenomena di daerah Bima dalam beberapa tahun terakhir. Masyarakat atau kelompok massa tertentu mudah tersulut emosi ketika menghadapi para pelaku kejahatan. Tidak hanya itu, mereka yang diisukan berbuat kejahatan atau menyantet kerap menjadi sasaran empuk hajaran massa. Menjadi semacam “sansak hidup”. Kasus pembakaran pemuda yang diduga mencuri ternak di kawasan pantai Papa Kecamatan Lambu adalah fakta terakhir yang memilukan. Anarkisme yang diumbar semaunya tanpa pertimbangan dan atas nama massa. Tentu saja rasa kemanusiaan kita terkoyak. Bukankah demikian suara hati Anda?
Kasus yang menimpa Fatur, mahasiswa STKIP Bima, adalah kenyataan baru. Usai menabrak anak di wilayah Penatoi, pemuda itu ingin mengamankan diri ke Polsek. Namun, teriakan maling sepanjang jalan memaksanya lari tidak tentu arah. Hajaran massa pun diterimanya. Untung aparat Kepolisian cepat mengatasi, karena emosi tidak terkendali dari rangkaian tangan dan benda yang ditimpuk massa bisa mengirimnya ke liang kuburan.
Ada yang menduga fenomena letupan emosi massa itu karena akumulasi sejumlah kasus kejahatan yang muncul selama ini. Kejahatan menampakkan wajah sangar di depan publik. Fenomena keresahan yang melingkupi dinamika sosial. Menganggu tertib sosial. Momentum yang muncul langsung dimanfaatkan untuk menuntaskan kekecewaan terpendam.
Aspek lainnya, ada yang menilai aksi “cepat-tuntas” massa itu ekspresi ketidakpercayaan terhadap ptoses hukum. Praktik hukum di negeri ini dicurigai sebagian publik menodai rasa keadilan masyarakat. Hukum tumpul ke atas, tajam ke bawah. Nah, kritikan ini mesti diatensi oleh pihak aparat sebagai bahan evaluasi.
Reaksi cepat massa seperti yang kerap terlihat, selayaknya juga menjadi sisi keprihatinan kita. Mengapa kemarahan kita mudah meletup hanya karena teriakan yang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya? Masalahnya, bisa jadi pada suatu saat juga menimpa kita semua ketika mengadapi hal yang sebenarnya sepele. Mari merefleksinya di titik ini. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
