Kota Bima, Bimeks.-
Banyak hal yang diinginkan masyarakat terhadap calon Wali Kota Bima periode tahun 2013-2018 mendatang. Nah, bagaimana kriteria calon Wali Kota dari sudut pandang beberapa akademisi? Ini dia pengakuan mereka.
Akademisi Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Bima, Muhammad Irfan, M.Si, mengatakan calon Wali Kota Bima harus memiliki komitmen satu kata dengan perbuatan, karena banyak Kepala Daerah pada beberapa daerah yang hanya pandai berteori dan mengumbar janji, namun tidak pernah mampu memenuhi janjinya. Tipikal semacam itu sebaiknya dihindari, karena berdampak pada rasa sakitnya masyarakat.
Dikatakannya, calon Wali Kota harus tegas terhadap ucapannya dan tidak pernah mengingkarinya. Seperti dalam penerapan aturan yang tidak hanya ditaati oleh jajarannya dan masyarakat saja, namun juga oleh Wali Kota sendiri. Selain itu, pelayanan publik mesti maksimal agar masyarakat menganggapnya transparan. “Kalau hanya mengumbar janji semata dan tidak mampu merealisasikannya, sebaiknya jangan dipilih. Kita bisa melihat hal itu terhadap kepribadian calon, kalau demikian sama dengan menyakiti masyarakat,” ujarnya Selasa (4/9) saat dihubungi melalui telepon seluler soal kriteria pemimpin pada suksesi mendatang.
Selain itu, katanya, calon Wali Kota juga harus memiliki kepribadian yang amanah dan adil, menempatkan jajarannya sesuai dengan kemampuan dan disiplin keilmuan. Hasrat mencalonkan diri menjadi Wali Kota adalah untuk memajukan pembangunan dan kesejahteraan rakyat, bukan untuk mencari keutungan semata. “Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa memajukan daerahnya, merakyat dan tidak pandang bulu,” katanya.
Akademisi Sekolah Tinggi Agama Islam Muhamadiyah (STAIM) Bima, Ilham, MPd.I mengatakan salahsatu kriteria penting bagi calon Wali Kota adalah keimanan dan ketaqwaannya mantap. Bukan hanya di mulut untuk mencari popularitas atau hanya sekadar ingin dipuji saja, namun diimplementasikan dalam perbuatannya.
Ilham menginginkan ada pemimpin tidak hanya untuk Kota Bima, namun juga untuk daerah lain seperti cara kepemimpinan khalifah Abubakar dan Umar bin Khatab yang setiap saat selalu ada untuk rakyatnya. Kedua pemimpin besar itu merelakan seluruh waktunya untuk rakyat, memikirkan penderitaan rakyat, tidak pernah tidur lantaran rakyatnya merasa risau, tidak pernah melibatkan keluargannya dalam urusan pemerintahan dan mengedepankan aturan dalam pengambilan kebijakan.
Dia menilaidari sekian banyak kriteria yang dimiliki khalifah tersebut, belum dijumpainya salahsatu pemimpin yang mencoba menerapkannya. “Kalau beberapa cara kepemimpinan khalifah diterapkan, saya yakin tidak satu pun rakyat yang sengsara dan rakyat merasa bangga dengan pemimpin yang demikian,” ungkapnya.
Akademisi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bima, Drs. Nehru, M.Pd, mengharapkan calon Wali Kota Bima ke depan bisa membawa dunia pendidikan ke arah yang lebih maju dari pendidikan di wilayah Indonesia bagian Barat.
Dia meminta agar rakyat bisa memilih pemimpin untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi maupun golongan. (BE.18)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.