Kota Bima, Bimakini.com.- Akademisi Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Bima, Nasaruddin, MPd.I menguatirkan tindakan tim Detesemen Khusus (Densus) 88 Antiteror dalam penanganan kasus terorisme dengan menembak mati sasarannya. Padahal, statusnya belum jelas apakah yang ditembak itu pelaku teroris, terduga teroris, terlibat dalam jaringan terorisme atau masyarakat umum yang sama sekali tidak mengetahui tentang kegiatan terorisme.
Katanya, tindakan semacam itu akan berakibat buruk pada citra jajaran Kepolisian, apalagi saat ini untuk wilayah Bima-Dompu ditetapkan status Siaga Satu. Jika nanti dari sekian orang tertembak mati tidak terbukti terlibat dalam jaringan teroris, Nasaruddin memertanyakan bagaimana bentuk penyelesaiannya. Apakah pihak Kepolisian hanya meminta maaf begitu saja kepada keluarga korban, atau karena tidak terbukti orang sudah telanjur ditembak mati lalu secara sepihak Polisi dengan terpaksa menetapkan mereka sebagai teroris.
Menurutnya, ini adalah bentuk pembelajaran buruk bagi masyarakat tentang penegakkan hukum di wilayah Indonesia. “Bagaimana nanti jika yang ditembak itu tidak terbukti terlibat dalam jaringan teroris, apa tindakan Polisi selanjutnya,” ujarnya Senin (8/1) di kampus setempat.
Dia juga menguatirkan jika cara Polisi seperti itu saat menangkap seseorang yang diduga terlibat kasus teroris, karena sama halnya memberikan pembelajaran kepada masyarakat bagaimana cara menangkap seseorang yang statusnya masih terduga melakukan tindakan kejahatan. Apalagi, cara semacam itu diperlihatkan pada masyarakat Bima-Dompu yang secara psikologis memiliki temperamental keras dan cepat meletup emosinya.
Menurutnya, Polisi harus memiliki cara atau bentuk pendekatan lain dalam menangkap seseorang yang statusnya terduga, sebab setiap warga negara juga memiliki perlindungan hukum.
Nasaruddin meyakini dengan cara semacam itu, kalangan di luar Islam akan tertawa terbahak-bahak melihat bagaimana umat Islam saat ini diadu-domba oleh orang lain. Hanya segelintir orang saja yang berpikir bahwa saat ini Polisi yang mayoritas beragama Islam diadu-domba dengan masyarakat Islam lainnya dengan cara melempar isu terorisme.
Diingatkannya saat ini kalangan di luar Islam sedang mengincar umat Islam di Indonesia, karena negara Muslim terbesar di dunia. Apabila kalangan luar itu mampu menaklukan Indonesia, maka mereka merasa puas dan akan merambat ingin menghancurkan negara Islam lainnya.
“Kita tidak menyadari bahwa cara orang diluar Islam ingin menghancurkan Islam adalah dengan mengadu-domba masyarakatnya dengan kaum militer,” ungkapnya.
Dia mengimbau umat Islam tidak mudah diadu-domba oleh orang luar dan sangat menyayangkan umat Islam yang diduga teroris mati tertembak oleh umat Islam lainnya. Padahal, satu tetes darah umat Islam lebih berharga dunia dan isinya.
Dia berharap agar Bima-Dompu tetap kondusif dan masyarakat terus meningkatkan keimanan. (BE.18)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.