Guliran waktu kian mendekati puncak persiapan Pemilu Wali dan Wakil Wali Kota Bima periode 2013-2018. Baruga yang dibangun oleh para tim sukses semakin marak, bahkan ada yang saling berhadapan. Rawan memang jika masing-masing gagal menyikapi perbedaan pilihan politik itu. Sejauh ini apa yang dikuatirkan tidak terbukti. Syukurlah.
Meski demikian, tetap harus terus meningkatkan kewaspadaan, saling menghargai, dan menghormati perbedaan. Pemaksaan kehendak atau upaya paksa penyeragaman pilihan, tidak saja merusak irama berdemokrasi, tetapi juga menabrak bangunan kealamian. Perbedaan adalah fakta sejarah, pemaksaan adalah awal dari bencana.
Sekali lagi, jika ada pengingatan soal mengekspresikan dukungan secara santun dan arif, saling menghargai dan tidak menjelek-jelekkan calon yang lain, merupakan tambahan energi baru yang mengiringi persiapan Pemilu. Semua pihak sejatinya dalam posisi yang sama membahasakan pesan damai dan normatif untuk menyukseskan agenda lima tahunan ini. Pengalaman Pemilu periode sebelumnya yang diwarnai saling mengejek antara pendukung calon tertentu dan memicu memanasnya suasana, selayaknya menjadi catatan bersama. Maksimalkan saja upaya untuk meraih suara pemilih dengan ‘mengelembungkan’ pesan dan pencitraan masing-masing. Semacam penguatan kekuatan internal. Menerobos pintu luar dengan menyerang frontal kubu lain adalah awal dari munculnya kisruh politik. Tentu saja, kita tidak menginginkannya terjadi.
Kita berharap suguhan perilaku politik para bakal calon, tim sukses, dan massa pendukung mencerminkan sesuatu yang mencerdaskan. Menjadi pelajaran politik terbuka bagi masyarakat agar memahaminya. Sebaliknya, gontok-gontokkan dan saling menyerang dalam aroma kampanye hitam adalah racun bagi masyarakat. Semoga saja, maraknya baruga lebih mencerminkan gairah gembira berpesta demokrasi, bukan gambaran mengentalnya kubu. .
Sekali lagi, mari menebalkan semangat saling menghargai pilihan masing-masing, tidak menjadikannya sebagai media kontroversi yang pasti akan menguras energi. Memahami perbedaan sebagai keniscayaan berdemokrasi. Lebih dari itu, aspek yang diharapkan adalah bagaimana para calon dan tim sukses memenangkan kompetisi melalui cara terhormat. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.