Bima, Bimakini.- Kabupaten Bima akan dijadikan sebagai “Kabupaten Literasi”. Hal itu berdasarkan hasil “Pertemuan Teknis dan Penyusunan Perencanaan Kegiatan Tingkat Kabupaten” di Kantor Bupati Bima, 9 dan 10 Agustus 2018 lalu.
Kegiatan ini difasilitasi oleh Program Kemitraan Pemerintah Australia dan Indonesia dalam peningkatan mutu pendidikan, dikenal dengan “Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia”, disingkat INOVASI. INOVASI berfokus pada pengembangan kapasitas guru untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas. Terutama dalam hal literasi dan numerasi yang bermuara meningkatnya hasil belajar siswa.
Pencanangan ini disepakati bersama Wakil Bupati (Wabup) Bima, Drs H Dahlan HM Noer, MPd. Selanjutnya kesepakatan ini akan ditindaklanjuti dengan perumusan konsep “Kabupaten Literasi”.
Selain itu, akan dilakukan pertemuan rutin bersama dengan Wabup dan para pemangku kepentingan yang relevan. Sepeti Bappeda, Dinas Dikpudpora, Dinas Perpustakaan, Kepala Desa dan para camat serta pihak lain yang terkait pendidikan. Prosesnya akan pandu oleh Education Policy Specialist Program INOVASI Provinsi NTB, Jamaruddin.
Sebagai salah satu dari enam kabupaten mitra INOVASI di Provinsi NTB, Kabupaten Bima berkomitmen untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang selama ini selalu ada pada urutan bawah dari 10 kabupaten di Provinsi NTB.
Dalam kesempatan ini, dihadiri, Bappeda, Dinas Dikbudpora, Dinas Perpustakaan, beberapa perwakilan desa dan kecamatan. Serta pemangku kepentingan lain pada unsur pendidikan Kabupaten Bima.
Wabup Bima, Drs H Dahlan M Nur, MPd, mengapresiasi program INOVASI yang selama ini telah menjadi kendaraan Kabupaten Bima menuju mutu pendidikan yang lebih baik.
“Para guru sudah mulai berubah dalam melaksanakan proses pembelajaran. “Sebenarnya, pendidikan bisa meningkat, asalkan para guru mau. Inilah yang terpenting, mendorong kemauan guru untuk terus berinovasi dan kreatif,” ungkap Wabup
Wabup meminta agar guru tidak hanya sekadar mengajar karena kewajiban. Melainkan mengajar dari hati, untuk dapat lebih memahami keadaan siswa di sekolah kelas.
Diharapkan pengaruh baik dari INOVASI dapat dipastikan keberlanjutannya melalui transfer ilmu dan memperluas manfaat baik. Yang telah mendapat ilmu diharapkan dapat ditransfer kepada yang lain, supaya perubahan baik yang sudah ada dapat berkelanjutan dan meluas ke lebih banyak lagi guru, khususnya di Bima.
Hari pertama (9/8) diskusi penyusunan perencanaan kegiatan tingkat kabupaten. Membahas dan menggali akar permasalahan dari rendahnya hasil belajar siswa.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dikbudpora Kabupaten Bima, Hj. Zubaidah, MSi menekankan, pentingnya kontribusi setiap pihak dan kolaborasi kuat antarbidang dalam mendorong peningkatan literasi numerasi dari akarnya
“Pendidikan bukan tugas pemerintah saja, tetapi ada komponen lain yang harus memahami betul dan berkontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan, yakni masyarakat, orang tua, dan guru. Masing-masing punya tanggung jawab berbeda-beda yang harus disinkronkan,” ungkapnya.
Perwakilan KUPT Dikbudpora Kecamatan Donggo, Rustinah, SPd, turut menyampaikan pentingnya daya dukung bagi para yenaga pendidik agar dapat mendorong motivasi belajar siswa. Menurutnya, guru perlu dimotivasi untuk mendorong kreativitasnya dalam menggunakan alat peraga yang lebih bervariasi dalam proses pembelajaran.
“Banyak guru sudah mulai kreatif dalam menemukan solusi dan menciptakan metode baru, namun masih minim apresiasi untuk mereka dari pihak-pihak relevan, contohnya Dinas Dikbudpora. Padahal apresiasi dapat menumbuhkan semangat,” tambah Rustinah.
Para peserta dibagi menjadi tiga kelompok diskusi untuk menggali akar permasalahan dan menemukan gagasan solusi dari tiga sudut pandang; sudut pandan siswa, guru, dan juga kelembagaan dan lingkungan sekolah. Diskusi dilakukan dengan metode tulang ikan (fishbone) untuk mempermudah menggali permasalahan dan tantangan yang ada.
Diidentifikasi bahwa kompetensi guru masih dinilai rendah termasuk dalam penguasaan materi, motivasi dan kreativitas. Hal ini disebabkan oleh pelatihan tingkat sekolah maupun dinas terkait masih kurang, minimalisnya penguasaan media pembelajaran, proses seleksi guru yang kurang strategis, rasio guru tidak proporsional serta kurangnya inisiatif guru.
Selain itu, kontrol pengawas juga dinilai masih kurang. Para peserta mengakui, kontrol sekolah yang dilakuan pengawas terkadang tidak diikuti oleh tindak lanjut untuk mengakomodir permasalahan yang ada di sekolah atau kalangan guru.
Kelompok dua dengan sudut pandang kelembagaan dan lingkungan menemukan bahwa masih kurangnya kontrol dan perhatian terhadap perkembangan dan pendidikan anak. Peran komite yang tidak efektif, suasana kelas yang tidak menari, fasilitas sekolah yang terbatas, dan letak geografis sekolah yang sering kali tidak strategis mejadi akar permasalahan rendahnya hasil belajar siswa.
Kelompok dua menawarkan bahwa hubungan baik antar pemangku kepentingan perlu dibangun dan dipertahankan serta benar-benar mengaktifkan komite sebagai solusi terhadap permasalahan yang ada.
Dari sudut pandang siswa, masalah dan keterbatasan teknis dalam literasi dan numerasi menjadi akar permasalahan teridentifikasi. Siswa dinilai masih tidak mengenal huruf karena ketidakcocokan buku dan bahan ajar dengan kondisi dan situasi setiap siswa.
Minat belajar dan membaca siswa yang masih rendah juga diidentifikasi. Tidak jarang, di Bima, siswa bolos untuk bekerja, sehingga peran orang tua dan pengadaan rumah baca menjadi masukan.
Pertemuan ini juga membahas solusi bagi program dan rumusan dalam APBD dan dana BOS. (IAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.