Bima, Bimakini.- Pola kehidupan masyarakat di era tatanan kehidupan baru ini, nampaknya harus benar-benar membutuhkan kesadaran pribadi masing-masing. Selain imbauan dan sikap tegas pemerintah agar masyarakat sadar akan bahaya penyebaran Covid_19 yang kian masif, hingga status Pandemi Covid_19 terus mengganas.
Fenomena belakangan ini, masyarakat banyak di temukan hanya rajin menggunakan masker namun tidak terlalu memperhatikan jarak dan enggan menghindari kerumunan. Baik dalam berbagai acara seperti pernikahan hingga pada acara pemerintahan sendiri.
Faktanya ini cukup marak di temukan di wilayah Bima Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya. Padahal awal booming kasus Covid_19, masyarakat sekitar bahkan seolah parno akan ganasnya virus asal Wuhan China tersebut. Sayangnya, perilaku ini hanya bertahan beberapa bulan saja.
Seiring jua pemerintah “melonggarkan” dengan istilah kebijakan kehidupan baru atau New Normal Life, masyarakat malah seolah “kebablasan” dalam menjalani kehidupan baru ini. Sedianya masyarakat meskipun berada di kerumunan, mereka juga harus sadar dan aware akan jarak minimal satu meter yang dianjurkan pemerintah. Seperti halnya mereka sadar akan penggunaan masker.
Terlebih pola pemerintah kini yang menyebutnya dengan istilah “Ingat Pesan Ibu” agar tetap selalu mengingat tiga M. Memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan baik dan benar.
Diakui salah seorang pemuda bernama Putra, dirinya memang mengaku dilema dan serba salah dalam pola tataran kehidupan baru ini. Hanya saja katanya kesadaran pribadi harus benar-benar di tumbuhkan, agar bisa memotong mata rantai penyebaran Covid_19 ini.
“Kalau ga dari diri kita, siapa lagi. Kita ga tau kan dari siapa tepat dimana sebenarnya Korona saat ini berada. Makanya ya Tiga M itu aja,” ujar pemuda 27 tahun tersebut kepada media ini.
Lebih jauh di katakan warga asal Kecamatan Woha ini, ia dan keluarganya mengaku komit ingin benar-benar menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah tersebut. Terlebih juga dengan Iklan Layanan Masyarakat untuk mengingat Pesan Ibu tersebut.
“Siapa yang ga takut dengan ganasnya Korona ini Mas, memang tidak nampak tapi korbannya terus bertambah. Ga mau kan kita sendiri dan keluarga kita jadi korbannya,” ucapnya seraya mengangkat kedua bahunya sambil berucap menutup percakapan, “Berarti kalau sadar pakai masker, ya harus sadar jaga jarak dong.”
Setara juga yang diutarakan seorang perempuan bernama Ina. Dalam menghadapi fakta kian mengganasnya Covid_19 ini, tugasnya yang paling utama adalah meningkatan sistem imunitas tubuh. Karena hal ini katanya bagian utama dari menghindari bahaya Covid_19.
“Meskipun berada di kerumunan walaupun merasa diri sehat, kuat dan imun juga bagus, sebisa mungkin saya jaga jarak. Juga yang penting tetap pakai masker. Tapi kalau saya sakit sedikit saja, ga berani takut ke tular dan tambah lagi sakit saya,” ucapnya dengan nada meyakinkan.
Toh kata wanita berhijab itu, dalam suatu acara seperti pernikahan, acara perkantoran yang menghadirkan banyak orang, panitia tetap memeriksa suhu tubuh serta menggunakan hand sanitizer. “Sebenarnya pemilik acara juga sadar banget kok
Buktinya sediain masker, kursi pakai jarak dan lainnya. Hanya kita sendiri aja,” tegasnya.
Ia mengaku heran dengan pola kehidupan masyarakat saat ini yang acuh akan jaga jarak saat berada di kerumunan. “Padahal sudah bagus lho mereka ingat pakai masker itu, tinggal jaga jaraknya aja,” tambahnya kembali.
Dengan adanya fenomena seperti ini katanya tidak lantas menitikberatkan tugas sosialisasi taat Prokes itu pada pemerintah saja. Melainkan membutuhkan kesadaran masyarakat sendiri.
“Di mulai dari kita sendiri dulu. Ayok siapa yang mau di sebut positif Korona. Ishhh, amit-amit. Semoga saja yaaaa,” selorohnya diikuti dengan senyum manis khasnya.
Fakta ogah nya warga dalam menjaga jarak dan menghindari kerumunan cukup masif terjadi saat musim Pilkada beberapa pekan lalu. Padahal pihak penyelenggara KPU dan stakeholder lainnya mewanti-wanti kepada Ketiga Paslon Bupati dan Wakil Bupati serta para pendukung lainnya terus mengingat kan agar tetap menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Demikian pun dilakukan ketiga Paslon Bupati dan Wakil Bupati Bima sendiri kepada para pendukung nya masing-masing. Mereka tanpa henti-hentinya mengingatkan serta mengimbau agar tetap menerapkan Prokes Covid_19.
Warning lain juga di layangkan Tim Gugus Tugas Covid_19 terlebih sejumlah badan penyelenggara pemilu seperti Badan Pengawas Pemilu sebagai “polisi” dalam pesta Demokrasi. Mereka bahkan mengancam menghentikan masa kampanye tatap muka atau kampanye dialogis terbatas sebelum usai masa kampanye yang ditetapkan KPU, jika melanggar Prokes Covid_19.
Apa tanggapan Ketiga Pasangan Calon Bupati Bima terkait hal ini? “Kita harus akui cukup kesulitan dalam menerapkan protokol kesehatan ini. Sulit kita kontrol karena ini massa. Namun kita selalu ingatkan kepada mereka agar menggunakan masker, jaga jarak dan cuci tangan itu,” ujar salah satu Calon Wakil Bupati Bima, Ady Mahyudi beberapa hari yang lalu menjawab media ini.
Anggota DPRD Provinsi NTB tersebut juga mengaku tetap mengingatkan bahaya dari penyebaran Covid_19 dan menghindari agar tidak munculnya klaster Pilkada yang cukup dikhawatirkan selama ini.
“Harus diakui mereka tetap menggunakan masker, itu nyaris semua. Karena kita sendiri yang membagikan masker nya. Tapi begitulah kadang ada kelonggaran,” tegas pria yang di kenal pribadi yang ramah tersebut.
Setali tiga uang diungkapkan Calon Bupati Bima Syafruddin M Nor, yang berpasangan dengan Ady Mahyudi. Mantan Bupati Bima tersebut mengaku cukup dilema dalam menghadapi massa atau para pendukungnya. Hanya saja pihaknya terus menggaungkan agar menaati Prokes Covid_19.
“Tapi mereka tetap menggunakan masker. Wajib itu malah kami suruh. Cuman kalau jaga jarak ini yang agak susah. Timses dan lainnya tetap berjalan dan mengingatkan,” ujarnya di Mapolres Bima Kabupaten kepada media ini.
Saban kali pihaknya turun dan memiliki jadwal melakukan kampanye tatap muka dengan masyarakat, pihaknya mengaku tetap mengingatkan berkali-kali agar tetap menerapkan protokol kesehatan Covid_19. Utamanya menggunakan masker dan menjaga jarak serta mencuci tangan.
Senada diutarakan Calon Wakil Bupati Herman Alfa Edison. Paslon yang mendapatkan nomor urut Wahid tersebut mengaku sangat memikirkan kesehatan masyarakat terlebih di tengah Pandemi Covid_19. Meskipun pihaknya mengaku kelimpungan dalam mengontrol masyarakat.
“Ya semata-mata untuk menjaga kesehatan masyarakat. Karena penting sekali dan yang kita utamakan adalah masyarakat. Dari pada timbul klaster baru,” tukasnya dihadapan Ketua Bawaslu, KPU dan kedua Kapolres yang ada di Bima Kota dan Kabupaten Bima tersebut.
Jua di utarakan Petahana Indah Dhamayanti Putri dan Dahlan M Noor. Mereka mengaku cukup memikirkan kesehatan masyarakat dan ancamannya di tengah Pandemi Covid_19 ini. Pasangan yang mendapat suara terbanyak dari kedua rivalnya tersebut bahkan melarang Timses, pendukung lainnya untuk merayakan kemenangan.
“Kita imbau kepada seluruh tim, pendukung, relawan dan lainnya agar tidak bereuforia dalam merayakan kemenangan ini,” imbuhnya. Mengingat katanya Pandemi belum berlalu dan malah makin masif.
Kini, nyaris usai sudah proses dan tahapan Pilkada Kabupaten Bima di tengah Pandemi Covid_19 ini. KPU tinggal menetapkan pemenang dari ketiga Paslon yang meraih suara terbanyak secara resmi atau yang memenangkan Pilkada serentak tersebut.
Semoga jua, kuatnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan masker juga diikuti meningkatnya kesadaran dalam serta menghindari kerumunan. Agar angka positif Covid_19 terus berkurang dan label zona merah pada wilayah Kota dan Kabupaten Bima berubah menjadi zona hijau dan aman dari virus mematikan tersebut.
Ingat pesan ibu, Jangan lupa memakai masker, menjaga jarak minimal satu meter, mencuci tangan di air mengalir menggunakan sabun serta menerapkan pola hidup bersih dan juga benar. Semangat! (Ikra Hardiansyah)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.