Connect with us

Ketik yang Anda cari

CATATAN KHAS KMA

Televisi Digital

Tampilan televisi digital di Bima.

PADA Jumat, 16 Juli sekitar pukul 10.17 Wita, saya dihubungi Kepala TVRI NTB, ibu Sanny Damanik. Saya diminta kesediaan untuk menjadi narasumber talk show. Temanya, NTB Sambut Penyiaran Digital.

Sebenarnya saya pernah menulis soal ini beberapa waktu lalu. Judulnya: Analog Shut Off. Mematikan seluruh siaran televisi analog dan beralih ke siaran digital. Batas akhirnya, 2 November 2022. Sekarang sedang dilakukan secara bertahap, mulai dari Aceh.

Bagi saya, juga Anda pembaca Catatan Khas KMA, siaran digital ini bukan hal baru. Cuma bedanya, hanya ini: siaran televisi digital diterima dengan antena televisi biasa. Yang sudah lama kita kenal, bahkan lebih populer di pelosok, kita terima siaran televisi digital ini, dengan antena parabola. Ada perangkat antena parabola dan digital receiver. Tetapi bagi masyarakat perkotaan, ini tidak umum. Mereka terbiasa menerima siaran televisi analog dengan antena biasa.

Kita tahu, siaran digital itu tidak ada gerimisnya. Jernih, suara maupun gambar. Itu kelebihannya. Lainnya, satu frekuensi bisa membawa sampai 15 siaran televisi. Bahkan bisa lebih. Di Bima sudah memasuki siaran digital teresterial ini. Penyedianya, TVRI. Di Lombok, pemenang tender Multiplexing (penyedia layanan siaran digital atau Mux) juga sudah ada. Metro TV dan SCTV. Artinya, puluhan siaran televisi swasta di Lombok, harus menyewa dua penyedia layanan ini. Tidak lagi menggunakan pemancar sendiri.

Bagaimana dengan Bima? Sebagai satu-satunya televisi swasta di Bima, Bima TV wajib menyewa Mux TVRI. Harga yang ditawarkan, Rp15 juta sebulan. Itu belum termasuk pajak. ‘’Mahal juga ya?,’’ kata Wali Kota Bima, H Muhammad Lutfi, SE saat berbincang dengan penulis, 11 Juli 2021 lalu. Kelebihannya, tentu tidak ada lagi biaya perawatan pemancar dan jangkauan siarannya bisa sampai Dompu.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Tidak ada pilihan bagi televisi swasta yang tetap mau bersiaran. Mereka tidak boleh lagi menggunakan pemancar sendiri, walau sudah digital. Bima TV memiliki dua pemancar digital, yang selama ini dipakai untuk siaran langsung dari lapangan. Jika ingin tetap mengudara, maka semua televisi swasta harus menyewa Mux pemenang tender.

Apa yang akan dibahas pada talkshow TVRI yang akan digelar Rabu, 21 Juli 2021 ini? Tentu saja kesiapan lembaga penyiaran dan masyarakat menyambut siaran digital ini. Yang paling urgen adalah nasib penyiaran televisi di daerah pada era siaran digital, dengan mahalnya sewa Mux. ‘’Pas banget ada (narasumber) dari Kementerian Kominfo yang menetapkan besaran tarif sewa Mux,’’ kata Senny Damanik.

Sebagai penyelenggaran siaran televisi swasta, sewa Mux ini tentu sangat mahal. Rp180 juta setahun, belum termasuk pajak. Biaya Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) dan Izin Stasiun Radio (ISR) selama ini pun sudah sangat membebani. Selama ini, Bima TV wajib membayar IPP Rp34 juta setahun plus ISR Rp13juta setahun. Jika ini tidak dibayar, maka izinnya akan dicabut.

Bagaimana kesiapan masyarakat? Sebenarnya tidak ada masalah. Hanya saja, untuk dapat menerima siaran digital, televisi lama yang belum mendukung, harus membeli Set Top Box (STB). Alat ini yang akan mengubah siaran digital supaya bisa masuk ke pesawat televisi lama. Input bisa lewat kabel RCA yang membawa sinyal audio dan video atau kabel HDMI untuk gambar yang lebih jernih. Semacam receiver pada antena parabola. Mereknya pun macam-macam dan sudah tersedia di pasaran. Yang sering saya pakai ada yang murah Rinrei. Ada yang agak mahal Xtreamer. Tetapi jika Anda berencana membeli pesawat televisi baru, sebaiknya cari yang digital supaya tidak perlu membeli STB lagi. Pesawat televisi yang dukung sistem digital, saat ini sudah tersedia di pasaran.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

 

Daerah layanan Mux TVRI Bima.

Di Bima saat ini sudah bisa diaplikasikan. Sebab sejak Juli tahun lalu, TVRI Bima sudah mematikan siaran analog dan beralih ke siaran digital. Jika Anda terima siaran TVRI Bima, ada beberapa kanal yang tersedia: TVRI Nasional, TVRI NTB, TVRI 3, TVRI SPORT HD, dan SD 2. Bila kelak ada televisi swasta lain yang akan menyewa Mux TVRI, maka akan muncul di layar TVRI. Bisa sampai 15 siaran.

Tetapi bagi pelanggan televisi kabel, sulit mendapatkan siaran kualitas digital ini. Karena siaran digital yang diterima oleh televisi kabel selama ini, telah diubah lagi menjadi siaran analog, sehingga di rumah pelanggan masih ditemukan gambar dan suaranya tidak jernih. Ini akan berbeda, kalau televisi kabel sudah menggunakan perangkat head end sistem digital. Itu pun ada syaratnya: tetap saja pelanggan harus punya STB.

Sistem televisi kabel digital ini sedang disiapkan oleh PT Bima Kabel Televisi yang sedang menyelesaikan proses perizinannya. Semoga segera rampung! (khairudin m.ali)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

Ke Jeddah saat Menunggu Kembali ke Tanah Air ‘’USAI makan siang, kami menunggu bus yang akan mengantarkan ke Jeddah. Kami menunggu di pelataran hotel...

CATATAN KHAS KMA

Rutinitas Ibadah di Masjidil Haram RANGKAIAN ibadah umroh wajib telah berakhir. Itu cukup menguras tenaga, karena proses Tawaf dan Sa’i yang diakhiri Tahalul yang...

CATATAN KHAS KMA

Mampir di Hotel INI perjalanan hari empat bagian ke dua. Catatan perjalanan ini, memamg diturunkan berdasarkan hari perjalanan. Tetapi hari ke empat ini, ternyata...

CATATAN KHAS KMA

Masuk Raudhah Semalam kami mulai tidur sekitar pukul 22.00 waktu Madinah. Sepertinya, malam kedua sudah mulai terbiasa dari pengaruh jet-lag seperti hari pertama. Tidur...

CATATAN KHAS KMA

Sholat Pertama di Masjid Nabawi Alhamdulillah, perjalanan yang melelahkan dengan duduk selama sembilan jam, tiba juga di hotel Royal Andalus. Jam tangan yang saya...