Anarkisme yang diumbar geng motor masih saja menguatirkan. Fasilitas milik orang lain diobrak-abrik. Sasarannya dilukai, bahkan diculik. Identifikasi keterlibatan oknum aparat kian menghangatkan suasana. Geng motor menawarkan suasana lain beraroma kekerasan. Suatu ekspresi liar yang kini menjadi fokus perhatian nasional. Ada apa dengan geng motor?
Mengiringi dinamika itu, ada yang berbeda dari tawaran suasana di Kota Bima. Puluhan klub motor dan mobil, Minggu (22/4) sore, berkumpul mengikuti apel gabungan, sekaligus deklarasi Anti-Geng Motor di kawasan Ama Hami Kota Bima. Acara itu dihelat oleh Polres Bima Kota, tujuannya kampanye mencegah pecinta motor atau anggota klub motor/mobil menjurus pada perilaku seperti geng motor di kota besar lainnya. Memang diperlukan langkah antisipatif untuk mencegah munculnya perkumpulan geng motor. Tentu saja tidak semuanya, karena masih ada kelompok lainnya yang mengarahkan bandul aktivitas dan keterlibatan mereka pada sisi positif. Misalnya bergotong-royong, bakti social, dan aspek positif lainnya. Ya, apa yang dideklarasikan di Ama Hami itu adalah para pecinta motor dan mobil yang anti-geng motor.
Jika dicermati, apa yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya itu adalah fenomena sosial yang tidak selaras dengan semangat pembangunan. Kerap terjadi atas nama solidaritas antarteman, persinggungan sedikit saja bisa berubah menjadi ketegangan masal. Kebersamaan dan persaudaraan pun terkoyak. Kasus geng motor adalah pelajaran berharga bahwa penyelesaian masalah hendaknya dalam kerangka musyawarah dan mendukung soliditas sosial.
Nah, kita mengharapkan agar pembentukan Ant-Geng Motor itu menawarkan suasana lain yang berbeda dengan anarkisme yang diumbar geng motor di kota besar itu. Semoga. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
