Bima, Bimakini.com.- Penanganan kasus penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen, yang diduga terjadi di Desa Raba Kecamatan Wawo, kini diseriusi pihak Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Bima. Mereka memfokuskannya pada upaya membatasi sumber penularan bakteri kusta.
Kepala Dikes Kabupaten Bima, drg. Siti Hadjar, menjelaskan, semakin banyak warga yang diketahui dan terdeteksi penyakit kusta, maka semakin bagus penanganannya. Karena menurunkan atau membatasi sumber penularan bakteri kusta. Oleh karena itu, petugas kesehatan diinstruksikannya agar menjaring warga yang terindikasi untuk diperiksa, kemudian didiagnosis oleh laboratorium. Tujuannya penderita yang positif terkena bisa maksimal diobati.
Apalagi, katanya, penyakit itu dapat menular kronis kepada warga sekitar disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae.
Hadjar mengaku telah menginstruksikan petugas kesehatan di Puskesmas Wawo, Pustu, Polindes berkoordinasi dengan Kepala Desa (Kades) setempat untuk menjaring warga yang terindikasi dan terdeteksi menderita penyakit kusta agar mendapatkan proses pengobatan secara intensif hingga tuntas.
Jika ada warga yang terindikasi belum terjaring, diingatkannya, bisa menjadi penyebab menyebarnya bakteri kronis itu kepada keluarga dekatnya, seperti istri, anak, hingga warga sekitar. “Jadi kita perlu mencari sumber penularannya baru bisa diobati,” ujarnya saat dihubungi di Dikes Kabupaten Bima, Senin (17/9).
Penderita tidak mau dijaring, katanya, karena alasan malu dan takut ketularan pada yang lain, sehingga mereka bersembunyi dari pendataan. Padahal, justru mereka yang bertindak seperti itu yang memelihara bakteri kusta. Masa inkubasi bakteri kusta minimum sekitar lima hingga 10 tahun baru kelihatan. Masa itu paling lama sekitar 30 tahun.
Kebijakan Dikes, katanya, menggalang petugas kesehatan bekerja sama dengan aparat desa untuk mencari, mendeteksi sesuai gejala awalnya penyakit itu, sehingga ditemukan kasus kusta. “Soal penanganan akan mudah jika sudah diketahui kepastian data warga yang positif menderita kusta. Jadi akan mudah diobati,” katanya.
Tidak hanya itu. Petugas juga menjaring anak-anak sekolah yang terindikasi menderita penyakit itu, lalu mencari sumbernya karena tidak mungkin anak terkena bakteri itu tanpa ada sumbernya. “Kita jaring sumbernya, lalu melakukan proses pengobatan,” katanya.
Proses pengobatan itu, terangnya, harus dilakukan sesuai ketentuan, karena beberapa hari saja tidak kontinu meminum obat bisa harus diulang kembali dari awal. “Jadi tidak baik untuk kesembuhan,” ingatnya. (BE.13)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
