Connect with us

Ketik yang Anda cari

Opini

Quantum Leadership Dalam Membangun Brand Image Dana Mbojo

(Catatan Kasus Penyerangan Desa Gobo)
Oleh : Muhadi *
Kita sudah sama-sama melihat dan mendengarkan berbagai serbuan dan serangan media secara factual terkait kondisi real dana mbojo akhir-akhir ini. “Instabilitas sosiocultural” sebut saja peristiwa pembakaran dan penyerbuan salah satu desa di Kabupaten Bima (Desa Godo tanggal 3 Oktober 2012), sehingga merembes kedesa-desa lain. Tentunya kondisi masyarakat terlihat sudah tidak kondusif, kebutuhan akan rasa aman hilang sejenak dikelopak mata, terbawa oleh arus deras badai permusuhan antarwarga.

Fakta ini menimbulkan Persepsi negatif, baik pada area internal dana mbojo terlebih lagi lingkungan eksternal. Maka diperlukan satu konsep yang sederhana namun penanganannya yang harus cepat yaitu istilah “quantum” atau disebut lompatan baik pada tingkat pemikiran maupun aksi (action) di lapangan. Maka Peran stakeholder terutama pemimpin pada semua leading sector dibutuhkan dalam menangani masalah ini.
Brand Image Mbojo Dalam Sorotan
Secara dimensional kekinian kesadaran akan hukum dan penegakan hukum terkikis oleh prilaku masyarakat itu sendiri. Rasa kebersamaan dan persaudaraan masih menjadi tugas rumah (takehome) kita bersama, termaksud penulis. Benturan pemahaman, fisik dan identitas-identitas kemasyarakatan, dalam hal ini pengambilan tindakan sewenang-wenang dan eksekusi hukum sudah menjadi otoritas sekolompok kecil masyarakat.
Pintu tersebut sudah menjadi pintu masuk untuk menyulut emosi komunal masyarakat. Pada area pembahasan ini tentunya kita tidak ingin dikatakan sebagai “commenting mentality” tapi ini merupakan suatu kesadaran intelektual yang dibangun dengan pondasi ahlak dan emosional yang benar.
Brand image dalam penulisan ini adalah suatu pemahaman dan penilaian baik secara internal maupun eksternal terkait kondisi masyarakat itu sendiri. Brand image adalah suatu gagasan yang dibangun atas dasar brand personality, hal ini berkaitan dengan moral individu dan kepemimpinan pada setiap kelompok masyarakat dan pemerintah. Pada kelompok masyarakat terdapat dua elemen yang sangat berpengaruh pada struktur dan pola pengambilan keputusan yaitu tokoh agama dan tokoh masyarakat (baik kalangan pemuda maupun oran tua).
Pada tingkat internal penilaian penulis tertuju pada peran massif tokoh masyarakat (kalangan muda dan tua) yang berkolaborasi dalam persepsi yang dekonstruktif akan suatu masalah sosial. Peran-peran itu sudah tidak terlihat lagi keberadaannya, jikalau ada tidak mampu ditaati oleh sekelompok muda dan tua dalam perpektif spiritual religious, peran tokoh agama tentu dipertanyakan. Kemunduran panutan tokoh agama menjadi diskursus sendiri sebagai figur panutan dalam memberikan pendidikan politik dan spiritual yang baik. Kemudian pada tingkatan eksternal lemahnya sistem informasi pelayanan terpadu, perlindungan dan tindakan preventif yang cepat dari aparat dalam hal ini polisi dan birokrasi pemerintah.
Mengembalikan dan Membangun Brand Image Dana Mbojo
    How to build brand image di masyarakat Pertama, pada tingkat internal tentunya masyarakat harus dibawa pada suatu kesepakatan baru, komitmen baru akan stabilitas dan tanggung jawab akan keamanan dan kenyamanan dana ro rasa. Dalam hal ini yang paling utama adalah brand awareennes (Kesadaran utuh) pada seluruh kelompok berkepentingan, terutama dimulai pada taraf berfikir masyarakat. Nilai-nilai yang dibangun tentunya harus atas dasar prinsip ’‘maja labo dahu‘‘ sebagai simbol dana mbojo, moment ini juga sebagai sarana pengaplikasian motto tersebut sehingga tidak terkesan kaku pada tataran implementasi, figur pemimpin sangat dibutuhkan untuk turun langsung dilapangan.
Maja labo dahu harus diterjemahkan kedalam kehidupan sosiolcultural, sehingga ada intervensi nilai spirtual yang muncul sebagai solusi utama. Pendekatan ini mulai luntur sedikit demi sedikit. Sebenarnya dalam sejarah panjang dou mbojo peran mubaliq/ulama sangat besar, namun penulis menilainya lemah pada aspek militansi Ulama. Tentunya kondisi ini harus dimuli oleh pemimpin yang baik dan berkarakter dalam mendorong dan menciptakan situasi di masyarakat.
Kedua, koordinasi dan komunikasi pada seluruh komponen, inisiasi pemimpin (tokoh agama dan pemuda) dibutuhkan disini, baik antar desa maupun hubungan dengan aparat dan birokrasi pemerintah secara terpadu dengan prinsip satu kata yaitu stabilitas dan keamanan dana mbojo harga mati. Secara sedikit demi sedikit menghilangkan egosentris daerah, wilayah kekuasaan, suku dll.
Ketiga, peran serta pemerintah dalam mendorong produktifitas pada sektor unggulan di masyarakat Bima, strategi ini menunjang perbaikan ekonomi masyarakat terutama sektor pertanian, kerajinan tangan, dan peternakan yang merupakan ciri khas masyarakat nusa tenggara. Hal tersebut akan terealisasi atas kerjasama yang aktif dan terpadu pada semua tingkatan perubahan. Namun tidak dilupakan aspek pendidikan karakter dan politik pada seluruh elemen.
Keempat, Hal ini berkaitan dengan strategi pemasaran produk, dan kompetisi dalam membangun produk sehingga mendorong masyarakat untuk melakukan dukungan dan apresiasi budaya. Dengan adanya media jaringan yang luas dan tehnologi yang mapan, sedikit saja stimulus dan inisiatif pemerintah untuk fokus pada produk unggulan sehingga dapat menjadi brand di dua sisi, yakni pertama pada tingkat produk itu sendiri kemudian kedua, pada tingkat prestasi sehingga menciptakan brand perception masyarakat luas terhadap dou mbojo. Pada akhirnya aura negatif akan semakin terkikis dengan brand yang sudah di ciptakan. Point ini tidaka akan berhasil  berkat dukungan masyarakat melalui sosialisasi, seminar, diskusi, kompetisi dll.
Kelima, point ini termaksud salah satu bagian solusi area eksternal, pemerintah harus mampu melakukan pendekatan khusus dengan media, baik pada skala lokal maupun nasional, agar upaya pencitraan dapat terlaksana dengan baik, karena bagian ini menjadi urgen dan sangat vital. Pendekatan ini merupakan klimaks dalam membentuk brand image dana mbojo. Selama ini berita yang muncul secara nasional kesannya selalu negatif dan tidak prestatif, jikalaupun ada tidak ditampilkan oleh media dikarenakan disfungsinya peran pemerintah dalam menggaet media.
Kelima hal tersebut harus saling bersinergi satu sama lain, maka diperlukan suatu lompatan kepemimpinan ”Quantum Leadership“ yang kuat dan mapan baik pada skala pengambilan keputusan maupun implementasi di masyarakat. Hal ini akan terasa sulit dan rumit oleh orang-orang yang lemah dalam memimpin dan sebaliknya akan terasa mudah oleh orang-orang yang berfikir cerdas dan mapan. Kami merindukan kembalinya Bima yang aman dan damai. Terima kasih.

* Penulis adalah Warga Kelurahan Rabangodu Utara Kota Bima. 

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Pendidikan

Bima, Bimakini.- Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 9 Sila menerima bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) untuk tahap 8 dan 10, tahun 2016. Bantuan tersebut...

Hukum & Kriminal

Kota Bima, Bimakini.com.- Perilaku pemuda sekarang ini semakin liar asaja. Saat bulan Ramadan, masih ada sebagian dari pemuda yang  doyan mengonsumsi Narkoba jenis sabu....

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.com.- Warga RT 01 Dusun Pali Desa Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima, Selasa siang, mendadak heboh.  Ibu rumah- tangga desa setempat, Aisyah, diberi...

Politik

Dompu, Bimakini.com.- Fondasi dari conflict governance dalam konteks Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) damai adalah kesadaran demokrasi. Artinya mekanisme demokrasi akan berjalan efektif dan menjadi...

Hukum & Kriminal

Kota Bima, Bimakini.com.- Kejaksaan Negeri (Kejari) Raba Bima, mulai Selasa (15/9/2015) memeriksa delapan orang personel Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) Kabupaten Bima....