Kota Bima, Bimakini.com.- Ini pengakuan Khaerudin (21), pemuda asal Desa Lamere Kecamatan Sape Kabupaten Bima, terdakwa dalam kasus pembunuhan sadis terhadap Arif Budiman (13) Siswa SMKN 2 Kota Bima, asal desa setempat. Rupanya, terdakwa merasa ditantang nyalinya oleh rekan sesama peminum apakah berani membunuh orang karena merupakan nelayan yang terbiasa di laut.
Setelah pesta minuman keras (Miras) bersama lima rekannya, terdakwa menghadang pengendara motor yang tidak dikenal sebelumnya, yakni Arif Budiman (korban). Lalu membacok tangan bagian kiri, kaki bagian kiri, dan perut bagian kiri.
Usai membacok korban, Khaerudin melarikan diri. Dua jam kemudian menelepon anggota Polsek Lamere untuk menjemputnya di atas pegunungan Lamere. Untuk meminta perlindungan dan diamankan di Polsek Rasanae Barat
Saat diwawancara Bimakini.com di Rumah Tahanan (Rutan) Raba Bima, Khaerudin mengaku tantangan itu berasal dari pernyataan Fudi alias Aba Fudi, teman minum saat pesta minuman keras (Miras).
Berikut kronologis kejadian itu hingga tega membacok Arif Budiman, yang tidak dikenal sebelumnya. Ceritanya, berawal dari pesta Miras bersama lima rekannya, yakni Miradin, Aidin, Doris, Aba Fudi, dan satu orang tidak dikenal di kediaman Syahruddin. Inisiator pesta Miras adalah Aidin. Namun, di tengah pesta itu, Aba Fudi mengutarakan pernyataan, apakah Kheerudin berani membunuh orang.
Nah, tantangan Aba Fudi itu rupanya dipendam dalam hatinya. Beberapa menit kemudian, keluar dari tempat pesta Miras itu. Pun mengajak Aba Fudi untuk melihat dan membuktikan tantangan yang akan dilakukannya.
Saat itu, bebernya, tiba-tiba muncul korban mengendarai sepeda motor. Kemudian dihadang dan langsung membacok pergelangan tangan kiri dan kaki kiri. Saat itu, korban sempat berusaha menyelamatkan diri.
Tetapi, diakuinya, mencoba mengejarnya. Lalu didapatkan dan menarik punggung korban untuk membalikan badannya. Setelah itu, korban ditusuk di perut bagian kiri. “Saat itu, saya sudah tidak mabuk. Lalu, usai membacok korban saya berusaha menyelamatkan diri,” kisahnya.
Selanjutnya, cerita anak bungsu dari tujuh bersaudara ini, menelepon anggota Polsek yang dikenalnya. Saat itu meminta perlindungan untuk mengamankan diri. Akhirnya dijemput pada salahsatu lokasi di pegunungan Lamere untuk dibawa ke Polsek Rasanae Barat.
Akan tetapi, dia menduga tidak sendirian membacok Arif.Sebab, jika dilihat dari foto korban saat ditunjukan oleh Penyidik. Di dada korban ada luka tusuk. Meski tidak melihat langsung siapa yang menusuk korban.
“Tapi patut diduga seingat saya, setelah meleraikan diri, saat itu yang masih ada di lokasi adalah Doris dan Aba Fudi,” duga pemuda yang sudah menjadi nelayan sejak 2013 lalu.
Dia menjelaskan, yang hadir dalam sidang Doris pernah memberikan kesaksian. Tetapi, Aba Fudi tidak pernah datang memberikan kesaksian.
Informasi yang diperolehnya, Aba Fudi masih ada di kampungnya. Pemuda yang hanya mengenyam pendidikan di kelas IV Sekolah Dasar (SD) ini pun menyesali perbuatannya. Meski sampai saat ini belum bertemu ibunya, dia meminta maaf atas tindakannya. Termasuk kepada keluarga korban.
“Saat itu, tidak ada niat mau membunuh korban. Namun, telanjur tertantang oleh Aba Fudi sehingga emosi kian menggebu,” ulasnya.
Dia mengaku pernah didatangi keluarga korban di sel tahanan Rutan Raba Bima. Menanyakan siapa saja yang membunuh Arif. Tetapi, hanya bisa menjawab saat itu usai membacok Arif langsung melarikan diri. Di lokasi masih ada Doris dan Aba Fudi.
Dia berharap dapat bertemu kembali dengan keluarga korban, satu di antaranya Irang. Irang adalah orang yang dekat dengannya. Dia akan menceritakan secara empat mata soal peristiwa itu.
Dia pun berharap, kepada para pemuda agar tidak berbuat yang sama seperti tindakan yang pernah dilakukannya. Sebab, penyesalan akan datang kemudian hari. Bila perlu, jangan cepat emosi dan memutuskan sesuatu hal dalam kondisi mabuk dan emosional karena akan berakibat fatal, apalagi sampai menghilangkan nyawa orang lain. (BE31)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.