Bima, Bimakini.- Kekurangan pupuk menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat petani di Kecamatan Woha Kabupaten Bima saat ini. Selain sulit didapatkan pada pengecer, harga pupuk pun melambung.
Untuk mendapatkan pupuk bersubsidi yang tidak rutin datang pada pengecer, petani harus saling berebutan pupuk dan adu jotos di atas truk. Semua upaya keras itu demi tanaman mereka. Seperti yang terjadi Rabu (13/09).
Kedatangan pupuk bersubsidi di gudang pengecer sudah lama dinantikan masyarakat petani. Masalahnya, tanaman pertanian yang seharusnya disemai pupuk, belakangan ini terkurangi jatahnya. Akibatnya tanaman tidak tumbuh subur.
Seperti diakui Wahidin, warga Desa Donggobolo, Rabu (13/09/2017).
“Sudah lama kami tidak bisa membeli pupuk di pengecer ini, alasannya pupuk bersubsidi belum masuk, sehingga kami kesulitan mendapatkannya,” ujarnya.
Diakuinya, setiap tahun kalau ada truk yang mengangkut pupuk selalu terjadi perebutan pupuk di pengecer. Meski di atas truk, ratusan petani berebutan hingga terjadi saling menginjak. Namun, kondisi itu tidak soal bagi petani, asalkan pupuk yang diharapkan bisa diperoleh.
“Kami harus berebutan seperti ini kalau mau mendapatkan pupuk bersubsidi. Meski ada yang berkelahi karena saling tarik. Mau tidak mau itu risiko kami yang membutuhkan pupuk,” ujar Imam, petani Donggobolo, usai berebutan pupuk.
Kata dia, meski saling rebutan, namun petani tidak langsung mengeluarkan atau membawa pulang. Hanya dipisahkan supaya bisa dihitung oleh pengecer. “Kami tetap membayar sesuai harga pengecer, pupuk ini kami bayar seharga 100 ribu per sak,” terangnya.
Warga Desa Risa Kecamatan Woha, Jamaluddin, juga mengalami kondisi yang sama. Diakuinya, dua hari lalu petani di sesanya sampai berkelahi karena berebutan pupuk. Mereka saling injak di atas truk bermuatan pupuk, karena bergesek-gesekan.
“Kami juga sangat membutuhkan pupuk untuk tanaman pertanian, karena baru datang lagi makanya kami berebutan juga,” ujarnya. (BK34)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.