Oleh : Afriyas Ulfah,SST
(Forecaster and Observer Iklim BMKG NTB)
Pada akhir bulan Maret 2021 Stasiun Klimatologi Lombok Barat NTB telah melakukan diseminasi informasi Prakiraan Awal Musim Kemarau 2021 di wilayah NTB, dimana sebelumnya pada bulan Februari perwakilan prakirawan UPT Stasiun Klimatologi Lombok Barat mengikuti pembahasan dan penentuan awal musim kemarau secara nasional dengan seluruh prakirawan BMKG di Indonesia. Hasil yang didapat adalah bahwa secara umum awal musim kemarau di wilayah NTB terjadi pada bulan April dan Mei 2021. Bima dan Kota Bima serta Lombok Timur Bagian selatan (wilayah Jerowaru) merupakan wilayah yang paling pertama memasuki musim kemarau 2021 yang diprakirakan terjadi pada April Dasarian 1 dan dasarian 2.
Hal ini sejalan dengan menurunnya curah hujan di beberapa wilayah di NTB. Dari hasil analisis dan monitoring curah hujan pada dasarian 2 April 2021 kemarin wilayah Bima dan Kota Bima. Pada monitoring curah hujan tercatat bahwa curah hujan di wilayah Bima dan Kota bima hanya berkisar 0-10 mm saja, curah hujan tertinggi tercatat hanya 46 mm dalam 10 hari (1 dasarian) yang terjadi di pos hujan Sanggar. Sedangkan untuk monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut sebagian besar wilayah Bima dan Kota Bima telah memasuki kategori HTH Pendek atau 6-10 hari tanpa hujan bahkan beberapa pos hujan mencatat HTH yang lebih panjang yaitu 11 – 20 hari tanpa hujan.
Walaupun hujan sudah mengindikasikan masuknya musim kemarau di wilayah Bima dan Kota Bima, BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat terus melakukan monitoring hingga syarat masuknya musim kemarau benar-benar telah terpenuhi di pos hujan yang tersebar di Bima.
Adapun syarat masuknya musim kemarau menurut BMKG adalah ketika pos hujan mencatat curah hujan kurang dari 50 mm dalam 10 hari (1 dasarian) dan diikuti 2 dasarian berikutnya yang curah hujannya kurang dari 50 mm dalam 10 hari.
Mengapa wilayah Bima bisa memasuki musim kemaru terlebih dahulu dibandingkan wilayah lain di NTB? Hal ini ada pengaruhnya dari pergerakan angin monsun. Secara umum memang musim kemarau akan bergerak dari wilayah timur Indonesia menuju wilayah barat sedangkan ketika musim hujan umumnya dimulai dari wilayah barat Indonesia menuju ke wilayah timur. Angin monsun Australia atau angin timuran bergerak dari timur Indonesia. Angin kering dingin yang berasal dari Australia membawa sedikit uap air sehingga wilayah yang dilewatinya akan mengalami pengurangan intensitas curah hujan.
Oleh karena itu pergerakan angin yang masuk ke wilayah Bima terlebih dahulu menyebabkan musim kemarau di Bima menjadi lebih awal dibanding wilayah lain. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
