Kota Bima, Bimakini.com.-Sikap politik Subhan HM Nur, SH, yang juga kader Partai Golkar, maju menggunakan kendaraan partai lain, dianggap sah-sah saja. Keputusan politik mantan calon Wali Kota Bima itu tidak terlalu memengaruhi ‘akar Pohon Beringin’.
Pandangan itu diungkapkan akademisi Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Mbojo Bima, Syarif Ahmad, M,Si, Kamis sore.
Keputusan Subhan tidak menggunakan partai Golkar, dianggap Syarif hal wajar. Hal itu karena mantan Ketua DPRD Kota Bima itu pernah bertarung dalam Pemilukada Wali Kota Bima sebelumnya. “Langkah Subhan itu tepat, karena merasa pernah menjadi kandidat, apalagi cukup mobile,,” katanya melalui telepon seluler.
Dia menduga, Subhan kemungkinan menganggap diri cukup populer dan itu memang kenyataan yang harus diakui. Memiliki pendukung sendiri, sehingga tidak memengaruhi partai Golkar. “Saya tidak yakin jika Golkar akan pecah jika Subhan maju. Karena dalam Pemilihan Kepala Daerah, pengaruh partai tidaklah menentukan. Bahkan, pengaruhnya kurang dari 20 persen,” ujarnya.
Hal yang paling menentukan bagi Syarif adalah nilai jual figur dan kapasitasnya. Bisa saja, anggota atau kader partai tertentu tidak mendukung calon yang diusung, namun memilih yang lain. “Pemilihan Kepala Daerah itu sifatnya sangat personal. Banyak bukti partai tidak menjamin sebagai mesin politik untuk mendulang suara,” ungkapnya.
Ketika Subhan maju menggunakan kendaraan lain, tidak mengejutkannya. Fungsionaris partai Golkar tidak perlu panik menghadapi keputusan itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Subhan maju bersama Muhammad Reza, MA. Mereka diusung oleh 17 partai koalisi. Pengurus Golkar menyesalkan sikap Subhan yang dianggap tidak etis dan mengancam memecatnya. (BE.16)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.