Kota Bima, Bimakini.- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Sunan Giri Bima, Selasa (4/9) menggelar Kuliah Umum dengan menghadirkan Pemerhati Sejerah, Drs Ruslan atau Alan Malingi. Dalam pemaparannya, Alan mengupas tentang sejarah Islam di Bima.
Ketua STIT Sunan Giri Bima, Syukri Abubakar, MAg mengatakan, diawal perkuliahan tahun ajaran ini, ingin mengenalkan kepada mahasiswa tentang sejarah Islam di Bima. Hal itu penting, agar dapat mengetahui lebih jauh, bagaimana Islam berkembang di tanah Bima.
Apalagi, kata dia, mahasiswa STIT memiliki disiplin Ilmu tentang Islam. Sedikit tidaknya harus memahami bagaimana sejarahnya, termasuk di Bima.
Selain itu, kata dia, ini menjadi tradisi akademik yang harus dikembangkan. Memberikan kuliah umum dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten.
Sementara itu Alan Malingi dalam paparannya, juga mengulas tentang Fase Ncuhi. Ncuhi berasal dari Kata Ncuri (Cikal Bakal Kehidupan). Terdapat Ratusan Ncuhi, namun ada lima Ncuhi Induk, yakni Ncuhi Dara, Banggapupa, Dorowuni, Bolo, dan Ncuhi Parewa.
Sementara masa kejayaan Kerajaan Bima, kata Alan, ketika Abad XV Raja Manggampo Donggo dan Perdana Menteri (Ruma Bicara) Bilmana melakukan ekspansi Wilayah Ke Manggarai, Alor dan Solor. Ekonomi Bima berkembang pesat dan Bima jadi negeri terpandang.
Sedangkan Fase Kesultanan, jelasnya, tercatat mulai 5 Juli 1640. Abdul Kahir dinobatkan menjadi Sultan Bima pertama. Memerintah 14 Sultan sampai bergabung dengan NKRI. Dua Sultan Dilantik Setelah bergabung NKRI. Sultan Abdul Kahir II dan Sultan H.Ferry Zulkarnain, ST.
Sultan Abdul Kahir I (Rumata Ma Bata Wadu) memerintah 1621 – 1640 M. Dilantik 5 Juli – Mangkat 22 Desember 1640. Mendirikan Kesultanan Bima dan makamnya di Dana Taraha.
Sultan Abdul Khair Sirajuddin (Mantau Uma Jati), Sultan II. Memerintah 1640 -1682 M. Merintis penulisan kembali BO dengan huruf Arab Melayu, menolak perjanjian Bongaya. Membentuk Lembaga Sara Hukum. Merintis Upacara Adat Hanta UA PUA. Menciptakan Tarian dan Atraksi Seni Budaya Tradisional Mbojo.
Sultan Nuruddin (Ma Wa’a Paju) adalah Sultan III. Memerintah 1682 – 1687. Menciptakan Payung Kerajaan yang disebut Paju Monca. Membantu perang Trunojoyo dan mendirikan perkampungan Tambora Jakarta.
Sultan Jamaluddin ( Ma Wa’a Romo) adalah Sultan IV. Memerintah 1687 – 1696. Menolak Bekerja Sama dengan Belanda. Dituduh membunuh bibinya permaisuri Sultan Dompu. Ditawan Di Benteng Fort Rodertam Makassar 1695. Meninggal di bui Batavia tahun 1696 (Sekarang Museum Fatahillah).
Sementara, kata Alan, beberapa catatan luar tentang masuk dan berkembangnya Islam di Bima, seperti Tome Pires 1513. Kemungkinan Pedagang Demak sudah berkunjung ke Bima dan menyiarkan agama Islam. Panambo Lombok, DR E Urtrech, SH mengatakan bahwa pengislaman di pulau Lombok terjadi pada masa pemerintahan Sunan Prapen Putera Sunan Giri yang pernah menundukkan Sumbawa dan Bima.
Catatan lainnya, pada masa Sultan Baabullah (tahun 1570-1583) Para Mubaliq dan pedagang Ternate meningkatkan kegiatan dakwah di Bima. Mubaliq dari Sulawesi Selatan yang dikirim oleh Sultan Alauddin Gowa tiba Bima 1609, 1611, 1621 hingga Bima menjadi Kesultanan pada tahun 1640 M. Tedapat Langgar Kuno di Melayu (1608) dan masjid Kamina (Kalodu ) Tahun 1621. (IAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.