Film “Innocence of Muslims” judul produksi awalnya adalah ‘Innocence of Bin Laden”. Film ini diproduseri oleh Nakoula Basseley Nakoula atau Sam Bacile, seorang penganut Koptik. Namun, menurut pengakuan para pemainnya, ada perubahan skenario di tengah proses pembuatan. Kini film yang bertendensi menghina Nabi Muhammad SAW itu telah memicu aksi demo pada berbagai wilayah dunia Muslim. Ketegangan massa pendemo dengan aparat yang berusaha mendekati Kedutaan Besar Amerika Serikat tidak terelakkan.
Dalam film itu, Nabi digambarkan dalam persepsi negatif, sesuai alur pikiran picik sutradara. Jika kemudian film itu membangkitkan kemarahan umat Islam, di titik ini sangatlah wajar. Justru menjadi tidak wajar dan aneh jika mereka yang mengaku Muslim tidak tersinggung dengan plot film itu. Ya, Muslim memang layak marah sebagai ekspresi kecintaan terhadap Nabi, karena Pria Agung itu telah ditempatkan dalam posisi rendah.
Namun, sebaiknya umat Islam tidak terlalu terprovokasi oleh keadaan. Berunjukrasa untuk menumpahkan segala kejengkelan hati di jalanan atau mendatangi pihak-pihak yang berkompeten, sah-sah saja. Demokrasi di Negara ini pun menghalalkannya. Namun, tindakan anarkis yang merusak fasilitas umum adalah kekeliruan. Aksi mesti dilakukan dengan tetap menjaga keamanan dan ketertiban. Saat menumpahkan uneg-uneg, massa Muslim mesti tetap menunjukkan wajah Islam yang rahmatan lil alamin.
Film itu mesti dipahami sebagai bentuk lain dari beragam provokasi terhadap umat Islam. Jika kendali emosi lepas kontrol, maka sikap kritis menjadi tumpul. Oleh karena itu, penyikapan terhadap kelancangan sutradara itu sebaiknya dilakukan secara cerdas. Dalam tarikh Islam, sejumlah contoh ditunjukkan oleh Rasulullah ketika menerima perlakuan kasar dan tidak senonoh dari umat lain. Namun, uswatun hasanah itu tetap menunjukkan keagungan sikapnya. Nah, umat Islam—pada level tertentu—bisa mengikuti semangat sikap Nabi itu.
Sisi lainnya, reaksi umat Islam terhadap film itu juga untuk menguji sejauhmana kualitas kecintaan terhadap agama dan derajat persatuan umat. Ada “musuh bersama” yang harus dilawan, yakni upaya menggiring opini bahwa Nabi dan Islam dalam sentimen negatif.
Jika pun ada aksi protes terhadap film itu di wilayah Bima dan Dompu, massa jangan sampai terprovokasi, kehilangan pikiran jernih, dan melabrak fasilitas umum. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
