Seorang Facebooker, Kamis sore, mengunduh foto warga Kabupaten Dompu yang terkena panah pada tangannya. Areal tanggannya dekat lipatan siku tertembus panah, membelah dua dagingnya. Anak panah sepanjang sekitar 30 centimeter itu hampir tepat berada di tengahnya. Darah pun mengucur deras. Bisa dipastikan, korbannya mengalami rasa sakit luarbiasa. Itu baru satu korban, yang lainnya dalam beragam rasa sakit yang tidak tertahankan.
Konflik antarwarga di Kabupaten Dompu rupanya masih meletup, setidaknya hingga Kamis sore. Eskalasi yang masih meluas ini menguatirkan, karena bisa memicu dampak lain yang tidak terkirakan sebelumnya. Pemblokiran jalan misalnya, tidak saja merugikan mereka yang bertikai, tetapi juga pihak lain. Kita pantas prihatin.
Satu aspek yang perlu dicerahkan adalah konflik itu sekelompok kecil warga itu hanya karena kesalahpahaman. Ketidakmengertian pentingnya membangun harmoni sesama Dompu. Dalam konteks itu, jangan lagi diperuncing dengan mengembangkan isu lain. Harus ada kelompok tersadarkan yang memaksimalkan perannya agar segera keluar dari lilitan konflik itu. Apa yang tersuguhkan sejak beberapa hari terakhir kontraproduktif dengan berbagai hal. Dompu yang kini sedang menggebrak melalui berbagai sisi pembangunan, tidak boleh terganggu oleh riak-riak yang mengancam harmoni. Masyarakat Dompu sendiri yang merugi jika terus mengawetkan konflik ini.
Saatnya, konflik ini ‘dipetieskan’. Diakhiri karena tidak menguntungkan dari segi apapun. kelompok warga Simpasai dan Kandai II itu bergerak ke tengah lingkaran dan mencari titik temu. Saatnya, mereka mengusung semacam ‘moratorium’ konflik dan merefleksi bahwa mereka telah terjebak sesuatu yang merugikan.
Harus diingatkan, ketika konflik muncul—apalagi ada korban berjatuhan—maka dibutuhkan waktu untuk pemulihan (recovery) kondisi psikologis warga. Selain itu, anak-anak adalah sisi yang terancam karena memori segar mereka merekam peristiwa tragis yang terjadi di depan mata mereka. Recovery yang tidak menyeluruh bisa memunculkan generasi pendendam. Nah, Dompu bakal dikepung potensi tidak produktif pada masa depan karena ketidakmampuan generasi hari ini menahan diri.
Oleh karena itu, segera akhiri konflik. Berdamailah…(*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.