Pesona alam Kabupaten Bima, masih menyimpan potensi. Jika dimaksimalkan pengelolaannya, maka bisa bermanfaat ganda. Air terjun Kanduru, sekitar satu kilometer lebih dari Desa Teta Kecamatan Lambitu, ternyata menawarkan aroma indah. Alamiah nan memesona. Suatu potensi yang belum semua orang mengetahuinya, pun warga Lambitu dan pejabat pemerintah setempat. Sekarang pilihannya ada dua, segera menjemputnya dengan aneka polesan atau membiarkannya begitu saja dalam status ‘perawan ting-ting’.
Bayangkan, menikmati suasana alam tengah hutan, di tengah gemerisik suara air yang jatuh dari ketinggian 20 meter, menyembur dan menghantam batu cadas. Memecah kesunyian. Dalam dekapan mesra lereng pegunungan Lambitu. Burung-burung pun bernyanyi. Duh, asyoi… Menjadi bagian dari kondisi itu bakal menyuguhkan pengalaman mengesankan. Suasana yang hampir serupa–untuk menyebut contoh–dengan sejumlah air terjun (coban) di Kota Malang, ada Coban Rondo, Coban Talun, Coban Glotak, dan lainnya.
Di tengah animo tinggi masyarakat Bima berwisata alam, areal itu bisa dijadikan alternatif pilihan baru. Apalagi, lokasi itu masih asri dan belum banyak dijamah pengunjung. Selain itu, rasa ingin tahu (curiosty) dan menikmati hal-hal baru adalah tipelogi masyarakat Mbojo. Tentu saja posisi psikologis masyarakat ini selayaknya segera ditangkap untuk jualan baru. Nah, pemerintah daerah ditantang untuk meresponsnya.
Lebih dari itu, pengenalan alam kepada masyarakat dan generasi muda adalah injeksi pemahaman tentang pentingnya potensi sumberdaya alam dan ekosistemnya untuk kelangsungan hidup. Namun, pemanfataan setting alam mesti diikuti kesadaran filosofis terkait urgensinya sebagai penyangga kehidupan. Eksploitasi alam tanpa reserve hanya akan menjadi pintu awal bencana kehidupan.
Dari bentangan alam, mari berikhtiar untuk mendukung kelestariannya demi generasi masa depan. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
