Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Jangan Tebar pesona

Buncahan harapan publik mengiringi momentum Pemilukada Kota Bima 2013. Jika dideret pastilah panjang, karena masing-masing pribadi dan komunitas punya level ekspektasi. Bagaimana harapan Anda? Tentu saja sejuntai asa menggantung dan sebagian terwakili oleh berbagai pandangan para pengamat atau akademisi. Namun, jika dielaborasi dan dipadatkan muaranya  adalah munculnya pemimpin amanah (tidak bermental maling dalam perjalanan tugasnya), mampu membawa perubahan yang lebih baik, dan bersahaja dalam arti tetap dekat dengan ‘nafas pengap penderitaan rakyat dan meletakan mata hati tepat di atas jantung kegalauan mereka’.

Akademisi STISIP Mbojo Bima yang kini sedang menempuh Program Doktoral di Universitas Indonesia punya harapan yang sama, hanya saja diekspresikan dalam bahasa yang berbeda. Para bakal calon Wali dan Wakil Wali Kota Bima jangan hanya sekadar menebar pesona saat mendatangi masyarakat, tetapi menawarkan program yang memberi harapan pada masa depan. Satu diantaranya membahasakan pada publik tentang impian-impian yang ingin diraih.
Ya, para pemimpin mesti berani bermimpi. Setinggi langit malah. Namun, tetap dalam bahasa yang mampu dicerna kelompok ‘akar rumput’ agar impian yang digaungkan mendapatkan tempat di hati dan meraih dukungan. Membawa impin mereka menuju gerbong kereta masa depan. Tetapi, tetap dalam kerangka berpikir di sini (konteks daerah dan segala potensinya untuk dikreasikan) dan hari ini. Dalam bahasa gampangnya, mereka yang mampu membahasakan visinya.
Saat masa seperti ini, memang model ‘blusukan’  efektif untuk berbaur atau setidaknya merasakan suasana alami yang dilakoni rakyat. Kadang sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dilakukan, kini menjadi penting untuk menaikkan citra. Dalam politik, pencitraan dan dikenal adalah pintu masuk untuk menjadi alternatif pilihan.  Karena jarang rakyat memilih figur yang tidak dikenalnya, kecuali  ada ‘kekuatan lain’ yang memaksanya bertindak di luar nurani. Rakyat jangan terlena. Harus memiliki sensivitas tertentu untuk menilai, karena cara-cara yang tidak mencerdaskan sangat berbahaya karena bisa menjadi semacam ‘tiket gratis’ untuk melenggang.
Kita mengharapkan para figur menjadi lokomotif mencerahkan dan mencerdaskan masyarakat, sebagai bagian dari tanggungjawab moral. (*)

 

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Bima, Kamis (9/3/2017) memantapkan persialan untuk pelaksanaan event Bike Camp dan Trabas jelajah Tambora. Persiapan kegiatan itu dengan...

Pemerintahan

Bima, Bimakini.com.- Pasca-Pilkada Serentak yang dimenangkan pasangan Dinda-Dahlan, kini banyak pejabat di Kabupaten Bima yang saling menyindir. Kondisi ini tidak kondusif bagi harmonisasi kerja...

Dari Redaksi

Insiden di Palibelo disusul pelemparan anggota tim salahsatu Paslon di perbatasan Cenggu-Renda menandai semakin menghangatnya suhu politik daerah ini. Jika diamati, ini soal konvoi...

Politik

Bima, Bimakini.com.- Ini harapan sekaligus sorotan akademisi terhadap Pejabat Bupati Bima, Drs Bachrudin, MPd, soal netralitas  aparatur pemerintah. Bachrudin diminta jangan hanya bisa beretorika soal...

Peristiwa

Bima, Bimakini.com.- Kritik disampaikan oleh Komandan Brigade Masjid Kabupaten Bima, Burhanuddin, SP terhadap cap yang selama ini dilekatkan pada daerah Bima mengenai ‘kawasan teroris’....