PERBINCANGAN seputar penggunaan uang dalam kegiatan politik praktis untuk merayu pemilih (money politics) selalu hangat mengiringi momentum politik. Tidak terkecuali Pemilu Wali dan Wakil Wali Kota Bima bulan Mei tahun 2013. Meski masih sebatas tahapan bakal calon, namun tetap saja aktual dilihat dari berbagai aspek.
Bahaya money politics setiap saat mengintai, karena sebagian besar komunitas ditengarai sebagai pemilih tidak rasional. Godaan ekonomi menguat. Posisi ini mengirim sinyal bahwa ada potensi yang bisa dipengaruhi oleh tim yang tidak mengindahkan moralitas politik. Dalam konteks inilah, kita harapkan para penyelengara Pemilu memaksimalkan peran untuk mengendusnya. Demikian juga masyarakat dan kelompok yang peduli Pemilu bersih. Melaporkan indikasi dan kejadian di sekitar untuk menyelamatkan bangunan demokrasi.
Sebagai tindakan menyimpang, politik uang kental sisi buruk. Antara lain pelecehan terhadap hak, karena menggadaikan masa depan daerah pada pasangan atau tim tertentu yang belum tentu amanah. Apalagi, kekuasaan (apalagi yang relatif lama) selalu memunculkan kecenderungan negatifnya, terutama pada areal sistem yang lemah atau longgar. Money politics memberi jalan mulus bagi para calon, mereka akan merasa ada semacam ‘cek kosong’ karena telah membayar lunas di tempat suara para pemilih. Ini sangat berbahaya bagi bangunan demokrasi dan peradaban. Money politics juga rentan dimainkan oleh para pemilik modal (pengusaha) yang ingin mencantel kakinya di lingkaran kekuasaan untuk kepentingan jangka panjang usaha mereka. Di Kota Bima, indikasi seperti itu ada.
Money politik yang dibiarkan akan menimbulkan ‘tsunami politik’, perlahan dan pasti mengerogoti keuangan daerah dan negara. Jadi, menghindari politik uang adalah tindakan etis karena bejibun dampak buruk yang mengiringinya. Mari kita gunakan hak suara melalui cara yang bermartabat.
Ingat, jika money politics terjadi maka yakini saja mereka yang melenggang menuju kursi kekuasaan akan berusaha maksimal melalui berbagai cara untuk mengembalikan ‘modal plus bunganya’. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.