Bima, Bimakini.com.-Potensi lokal yang tersedia, harus dioptimalkan menjadi penghasilan. Potensi lokal yang dimiliki saat ini tidak dimanfaatkan, sehingga kurang bernilai ekonomis. Satu di antaranya potensi Kawis atau Kinca di Bima. Padahal, tidak semua daerah di Indonesia memiliki pohon dengan buah khas ini.
Demikian dikatakan Dosen Program Studi Tehnologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Siti Aminah, S.TP, M,Si, saat menjadi narasumber pada pelatihan pengolahan Kawis menjadi sirup, dodol, selai bagi ibu rumah- tangga (IRT) di Kecamatan Soromandi.
Kegiatan yang pusatkan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kecamatan Bolo, diikuti sekitar 150 peserta, Senin (10/6). Kegiatan itu bekerjasama dengan PT Karekter Indonesia Mulia.
Potensi lokal yang dimiliki, kata Aminah, ada yang bisa bertahan lama, namun juga mudah busuk. Semuanya membutuhkan pengolahan, agar bisa bernilai ekonomis dan mengangkat kesejahteraan masyarakat.
Perwakilan Pertamina Bima, H. Ahmad Arsyad, mengatakan ini wujud kepedulian Pertamina untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, masyarakat dan daerah Bima. Untuk itu diharapkannya peserta dapat mengikuti kegiatan itu hingga tuntas.
“Terapkan pengetahuan yang diperoleh untuk menunjang kesejahteraan keluarga dan masyarakat,” ujarnya.
Peserta pelatihan, Wiwik Rahayu, mengaku senang mengikuti kegiatan tersebut. Apalagi, sebelumnya peserta belum mengetahui jika Kawis atau Kinca dapat diolah menjadi sirup, selai dan dodol.
Selama ini, kata Wiwik, masyarakat Bima hanya memanfaatkan Kinca sebagai rujak. Secara ekonomis, selama ini buah dengan kulit keras ini hanya dijual murah. “Sekarang kami sudah tahu, jika diolah dengan baik, maka Kinca bisa menjadi mahal, seperti dodol, sirup dan selai,” katanya.
Pengolahan Kawis ini, kata dia, diharapkan pula bisa menjadi makanan dan minuman khas Bima. Apalagi tidak semua daerah memiliki pohon Kinca. “Kalau pun ada yang sama, maka citarasanya bisa berbeda,” ujarnya.
Hal sama juga dikatakan Rugaya, menilai kegiatan ini sangat penting bagi IRT, karena dapat menunjang ekonomi. Setelah pelatihan akan mengolah Kinca, sehingga bernilai ekonomis tinggi.
Narasumber lainnya, Agus Suyanto, S.TP, M.Si, menekankan agar proses pengolahan makanan memerhatikan aspek kebersihan agar bisa memberi jaminan kesehatan bagi yang mengonsumsinya. (BE.16)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.