Bima, Bimakini.com.- Ribuan pohon jambu mente yang sedang berbunga milik warga di Kecamatan Tambora Kabupaten Bima dan sekitarnya,diserang hama kupu-kupu. Hama berukuran kecilyang biasa disebut Lawana itu, merusak bunga tanaman sehingga gagal menjadi bakal buah.
Akibatnya, bunga kemudian mengering, lalu berguguran. Akibat hama tersebut, produktivitas ratusan hektare (Ha)tanaman jambu mete milik warga menurun.
Sumber dari Dinas Perkebunan Kabupaten Bima mengaku, telah menerimalaporan soal itu. Merekalangsung meninjau lokasi. Dijelaskannya, kerusakan akibat Lawana tidak secara langsung, tetapi menyebabkan batang pada pangkal buah yang digeromboli kupu-kupu,tidak mendapatkan cahaya matahari sehingga poses fotosintesis gagal terjadi.
Karena areal serangan yanluas, katanya, maka sulit dilakukan penanganan dengan penyemprotan insektisida. Selain itu,harga obat-obatan juga relatif mahal,sehingga tidak terjangkau para petani mente. Petugas menginstruksikan agar menggunakan insektisida alami berupa daun nimba.
Ekstrak daun nimba, terangnya,disemprotkan pada gerombolan kupu-kupu sehingga mati atau berpindah. Namun,penyemprotan harus dilakukan serempak pada waktu bersamaan.
Petani mente desa Rasabou, Darwis,mengaku,akibat serangan hama itu, produksi jambu mente miliknya menurun tajam. Jika sebelumnya satu pohon bisa menghasilkan 20 kilogram (Kg) mete, kini maksimal empat Kg saja. Bahkan,ada yang tidak bisa berbuah sama sekali.
Diakuinya, mereka tidak berupaya untuk menyemprot dengan insektisida. Alasannya, selain karena tidak memiliki dana untuk membeli obat, juga luas hamparan yang sangat besar.
Menggunakan insektisida alami, katanya,juga tidak dilakuakn karena tidak adanya bahan baku daun nimba di wilayah mereka. “Kami pasrah saja dengan apa yang terjadi. Ini mungkin sudah nasib kami,” ujarnya, Minggu (12/8).
Menurunnya produksi mente ini, menyebabkan masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuah ekonomi mereka. Apalagi,untuk membeli kebutuah keluarga menjelang lebaran. “Kami ber-Lebaran dengan kondisi prihatin tahun ini,karena mente banyak yang rusak,” sambungAhmad.
Dia mengharapkan, Pemeritah Kabupaten (Pemkab) Bima bisa mencari solusiatas permasalahan yang kini sedang dihadapi di Tambora. Merekatersebar pada seluruh desa di Tambora dan wilayah transmigrasi.
Sementara itu jenis pisang kapok (Kalo Balenda, Red) kini dikuatirkan punah di wilayah Kecamatan Tambora dan Pekat. Pasalnya,ratusan hektaretanaman pisang miki warga ini dihancurkan,karena terserang penyakit aneh.
Seluruh pohon pisang tiba-tiba layu dan kemudian mati. Bila di buka, pohon pisangnya mengeluarkan nanah berwarna kemerahan dan jika mengenai tubuh terasa gatal. Begitu juga dengan buah pisang.
Warga tidak ada yang berani memakan buah pisang ini karena diyakini mengandung racun dan bisa mematikan. Oleh warga ributan pohon pisang yang telah berbuah dibiarkan telantar atau ditebang habis.
Sumber di Dinas Perkebunan Kabupaten Bima menjelaskan serangan penyakit ini telah terjadi berlangsung tiga kali berturut-rtut di Kecamatan Pekat dan Tambora. Anehnya,penyakit ini hanya menyerang pisang kepok. Akibatnya,hampir seluruh pisang kepok pada dua kecamatan ini ditebang pemiliknya. “Kini di tambora tidak ada lagi pisang kapok,” ujarnya.
Serangan ini telah berlangsung sejak 10 tahun lalu dan sempat hilang beberapa tahun kemudian muncul lagi. Kini kembali tanaman warga terkena hama jenis itu. (BE.14)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.