Connect with us

Ketik yang Anda cari

Olahraga & Kesehatan

Taklukkan Bima dengan Sepeda (7)

Ilham, anggota BBL

Setelah beberapa saat istirahat kami kembali melanjutkan perjalanan ke arah timur. Jalannya benar-benar berbatu, tanpa pernah disentuh aspal sedikit pun. Kami belum tahu kampung apa saja yang kami lewati, sampai akhirnya bertemu dengan kampung pertama. Di seluruh jalan yang kami lewati, pemandangan juga sangat menyenangkan.

 

Di lereng bukit sisi kiri penuh dengan tanaman jagung. Ini pemandangan yang menyejukkan. Sementara di sisi kanan, hamparan sawah menghijau juga sangat asyik untuk dinikmati. Itulah kenikmatan yang bisa kami rasakan ketika melewati rute ini.

Warga pagi itu sudah mulai ada yang sibuk mempersiapkan alat-alat pertanian mereka. Itulah rutinitas warga Bima yang umumnya bermata pencaharian bertani. Ada kedamaian yang tergambar dari keseharian mereka. Kami benar-benar menikmatinya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Setelah melewati jalan-jalan berbatu, kami sampai pada sebuah cabang yang menanjak ke sisi kiri. Asplanya mulus, kami belum tahu ini jalan ke arah mana. Belakangan setelah kami bertanya pada warga setempat, ternyata itu jalan ke Kabanta. Sebuah lingkungan terpencil yang masuk wilayah Kelurahan Mpunda. Kata warga tadi, jalan mulus hanya saat tanjakan itu saja, selebihnya sampai ke Kabanta dengan jarak sekitar 6 km, sama dengan kondisi jalan yang tadi kami lewati. Tidak ada yang pernah disentuh aspal. Kami berpikir, ternyata wilayah Kota Bima masih banyak kondisi yang seperti ini.

Penasaran, kami berdua mencoba memutar sepeda naik di jalan menuju Kabanta ini. Kalau kami perhatikan sepeda motor yang naik ke situ, pasti menggunakan gigi satu bahkan knalpot pun berasap. Artinya, motor pun harus bekerja keras agar bisa melewati tanjakan menuju Kabanta ini.

Saya bilang sama Ilham untuk mrncoba naik di jalur itu. Kami pun sepakat sampai mana batas kemampuan kami. Kami pun mencobanya dengan bekal pengalaman sebelumnya waktu menanjak di Kendo tadi. Dari bawah kami sudah sama-sama mengunakan gigi satu depan maupun belakang. Kami pikir sudah tidak mungkin lagi untuk oper gigi dalam kondisi jalan seperti ini karena pasti akan gagal masuk. Kami mulai menanjak, sedikit demi sedikit dan saya sendiri terkuras setelah sekitar 100 meter naik. Sementara Ilham masih terus mengayuh sepedanya sebelum akhirnya menyerah di sekitar lima puluh meter dari saya pada jalan yang benar-benar naik ekstrim. Kami berdua istirahat sebelum akhirnya turun kembali.

Kami akhirnya memilih melanjutkan perjalanan ke timur. Jalan menanjak menunggu kami. Saya sudah mulai gelisah. Saat itu baru pukul 08.30 Wita. Beberapa kali SMS dan telepon masuk dari panitia latihan dasar kader PMII se Pulau Sumbawa mengingatkan, bahwa saya punya waktu untuk memberikan materi pada pukul 10.00 Wita.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Saya tetap mencoba melewati jalan ke timur. Tetapi kalau dihitung dengan jadwal saya yang harus memberikan materi pukul 10.00 Wita, pasti tidak cukup. Saya kemudian mengajak Ilham untuk ambil jalan potong saja. Dengan konsekwensinya, kami harus melewati pematang sawah sambil memikul sepeda. Jaraknya lebih pendek, hanya sekitar setengah kilimo meter. Ini lebih cepat dibanding jalan memutar ke Toloweri yang jauhnya masih sekitar 4 km, menanjak dan berbatu.

Ilham setuju dengan alasan saya. Di sini juga sisi menariknya bagi kami. Kami bisa menemui banyak petani yang sedang panen di Kelurahan Nungga. Kami bukan hanya melewati pematang sawah, tetapi juga menyeberangi sungai dengan air yang jernih. Ingin rasanya mandi di air yang jernih di pagi itu. Tetapi sayang, hal itu tidak bisa kami lakukan karena harus segera pulang dengan alasan ada kegiatan saya.

Di sungai kami sempatkan mencuci sepeda dan tidak lupa sambil foto-foto dan lagi-lagi kami share ke group BBM. Anggota BBL kaget dengan gambar-gambar yang kami bagikan. ‘’Wah di mana nih, keren sekali. Mau dong kita ulang lewat jalur ini,’’ kata Dyan dalam komentarnya terhadap foto-fato yang kami bagi.

Orang-orang yang melihat kami pun merasa aneh. Kok ada orang yang pikul-pikul sepeda lewat sawah. Mungkin demikian yang mereka pikirkan. Itulah pengalaman pertama off road dengan Ilham. Kami kemudian sampai di Nungga dan masuk jalan mulus. Kami pun kembali mengayuh sepeda dan kembali ke kota. Kami sempat sarapan di sebuah rumah makan, sebelum akhirnya bubar kembali ke rumah masing-masing.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Saya harusnya istirahat sejenak, tetapi karena waktu yang sudah demikian mepet, saya buru-buru mandi karena harus memberikan materi pada pukul 10.00 Wita. Pukul 09.45 Wita saya sudah rapi dan segera meluncur ke acara PMII. Alhamdulillah saya sampai tepat waktu. Itulah pengalaman pertama off road dan ternyata bisa memberi inpirasi untuk terus melakukan hal yang serupa di lain waktu. (*)

 

Bagikan berita

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

  ‘’SAYA mau tes daya ingat pak KMA,’’ katanya kepada saya suatu waktu. KMA itu, singkatan nama saya. Belakangan, semakin banyak kawan yang memanggil...

CATATAN KHAS KMA

SAYA belum pernah alami ini: handphone tidak bisa dipakai karena panas. Bukan hanya sekali, Tetapi berkali-kali. Juga, bukan hanya saya, tetapi juga dua kawan...

CATATAN KHAS KMA

CATATAN Khas saya, Khairudin M. Ali ingin menyoroti beberapa video viral yang beredar di media sosial, terkait dengan protokol penanganan Covid-19. Saya agak terusik...

Berita

SEPERTI biasa, pagi ini saya membaca Harian  BimaEkspres (BiMEKS) yang terbit pada Senin, 10 Februari 2020. Sehari setelah perayaan Hari Pers Nasional (HPN). Mengagetkan...

NTB

Mataram, Bimakini.- Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah, menaruh perhatian pada penyelenggaraan kegiatan sepeda internasional, Enduro 2020. Pemprov NTB siap mendukung kegiatan...