Kota Bima, Bimakini.com.-
Warga Kelurahan Kendo Kecamatan Raba Kota Bima, Jumat (13/7) pagi, kembali mengamuk di lokasi pembangunan Base Transceiver Station (BTS) XL. Penyebabnya, hingga kini protes yang pernah mereka sampaikan beberapa waktu lalu soal BTS yang dibangun di areal pemakaman umumm belum juga direspons oleh pemerintah dan perusahaan.
Akibatnya, warga merusak bangunan pagar yang memagari areal BTS tersebut. Bahan-bahan material di lokasi itu diturunkan ke jalan raya hingga menutupi akses jalan itu. Seperti protes sebelumnya, warga keberatan BTS itu dibangun di atas pemakaman umum.
Warga Kendo, Dodi,m mengaku persoalan itu sudah sejak lama dikeluhkan warga, bahkan dulu pernah bertemu Wakil Wali Kota Bima di aula kantor Pemkot Bima. Saat itu, ada kesepakatan dengan warga bahwa pembangunan BTS itu dihentikan selamanya.
Namun, terangnya, persoalan baru kembali muncul dan memancing emosi warga. Seorang warga yang mengelaim pemilik tanah kuburan itu memagar keliling sekitar areal BTS yang fisiknya baru 75 persen tersebut. Padalah, lahan itu sudah dipakai untuk pemakaman turun-temurun.
Selain itu, katanya, warga menduga ada manipulasi surat yang dibuat oleh oknum dan pihak perusahaan bahwa lokasi pembangunan itu sebenarnya bukan pada areal yang dipakai saat ini, tetapi di lokasi lain. Dugaan itu yang kini beredar di kalangan warga.
“Kita juga keberatan kalau kuburan dipakai untuk bangun BTS, karena bisa lihat sendiri tulang-belulang manusia banyak berserakan karena digali,” jelas warga lainnya, Muslimin, sambil menunjukkan tulang di lokasi BTS.
Menurut pegawai Kelurahan Kendo, Sunarsi, tanah yang kini diklaim oleh oknum warga itu diduga memang belum memiliki SPPT yang jelas, karena sejak dulu dipakai warga untuk pemakaman dan dianggap milik umum. Hal itulah yang membuat warga yakin terhadap status kepemilikannya.
Pantauan Bimeks, emosi warga sempat memuncak meski sejumlah aparat Kepolisian ada di lokasi. Bahkan, luapan emosi dan kekesalan diarahkan ke Lurah Kendo, Andi H. Manysur, yang mencoba menenangkannya. Lurah dan seorang Babinsa pun tidak diterima warga, karena dianggap memihak.
Waka Polres Bima Kota, Kompol Bunawar, yang juga terlihat di lokasi ketika coba dimintai keterangan soal itu enggan berkomentar. Dia mengaku belum mengetahui jelas persoalan itu.
Pihak Manajemen XL yang dikonfirmasi wartawan di kantor setempat, terkesan menutup diri. Sejumlah wartawan yang datang di XL Center dan Graha XL di Pane, awalnya diberitahu ada yang bisa dikkonfirmasi soal itu. Tetapi, tiba-tiba diinformasikan tidak ada.
Saat dimintai nomor telepon seluler pimpinannya pun, beberapa karyawan tidak mau memberikannya dengan alasan tidak berani. (BE.20)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.