Connect with us

Ketik yang Anda cari

Opini

Ikatan Akidah Islam Mencegah Perpecahan Umat

                                                           (Nurafnah)

Akhir-akhir ini, muncul sejumlah kerusuhan khususnya di Kabupaten Bima. Padahal, kalau dicermati, para pelakunya adalah umat Islam. Seperti yang terjadi pada awal Oktober 2012 yang melibatkan warga Dadibou, Samili, dan Kalampa Kecamatan Woha. Konflik juga terjadi pada kecamatan lainnya dalam waktu yang hampir bersamaan. Sebut saja kasus pembacokan di Kecamatan  Madapangga yang memicu ketegangan warga Desa Dena dan Desa Woro. Selain itu, konflik antara  warga  Roi Kecamatan Palibelo dan Desa Roka Kecamatan Belo.

    Ashabiyyah     Ashabiyyah (fanatisme golongan) muncul dari ide nasionalisme dan kesukuan. Secara etimologis, ashabiyyah adalah semangat golongan atau semangat partai. Namun, realitas yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa setiap semangat golonganisme meliputi di dalamnya sukuisme dan nasionalisme.
Ibn Hisyam, dalam bukunya As- sirah an Nabawiyyah, menceritakan peristiwa yang berkaitan dengan persoalan ini. Suatu waktu, sekelompok orang Yahudi berupaya memecah-belah persatuan kaum Muslimin setelah melihat Aus dan Khajraj menganut Islam. Seorang pemuda mereka perintahkan menyusup di antara suku-suku tersebut. Tujuannya untuk mengingatkan mereka tentang perang Bu’ah, yaitu peperangan yang terjadi antara dua suku itu dengan suku Aus sebagai pemenangnya.
Selain itu, sajak-sajak dibacakan untuk mencerai-beraikan mereka. Akibatnya, orang-orang Aus dan Khajraj pun tersulut dan bersiap-siap hendak berperang. Kabar ini pun sampai juga kepada Rasulullah Muhammad SAW. Merespons terhadap peristiwa tersebut, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai kaum Muslim, ingatlah Allah, ingatlah Allah. Apakah kalian akan bertindak seperti para penyembah berhala saat aku hadir di tengah kalian dan Allah telah menunjuki kalian dengan Islam; yang karena itulah kalian menjadi mulia dan menjauhkan diri dari paganisme, menjauhkan kalian dari kekufuran dan menjadikan kalian bersaudara karenanya?”. Dari kejadian tersebut tampak jelas bahwa Rasulullah SAW menentang fanatisme golongan, kesukuan, atau pun nasionalisme. (Al- Wa’ie No. 08 Tahun I, April 2001).
    Ashabiyyah merupakan ikatan yang mengikat manusia atas dasar golongan, kesukuan, atau pun nasionalisme. Padahal, Allah SWT menyerukan ikatan ideologis Islam untuk menyatukan manusia. Allah SWT berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara,karena itu,damaikanlah kedua saudara kalian. Dan bertaqwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapat rahmat”.(Al Hujurat [49]: 10).
      Dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa akidah itulah sebagai pengikat persaudaraan. Pada sisi lain, Nabi saw. menegaskan keharaman ashabiyyah, di antaranya melalui hadis: “Bukan dari gologan kami orang-orang yang menyerukan ashabiyyah, orang yang berperang karena ashabiyyah, serta orang-orang yang mati membela ashabiyyah (HR. Abu Dawud) (Al-Wa’ie No. 08 Tahun I, April 2001)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

                                 Persaudaraan Hakiki
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertaqwalah kalian kepada kalian Allah  supaya kalian mendapatkan rahmat.” (QS. Al Hujurat [49]: 10).     Ayat ini menegaskan bahwa siapapun, asalkan Mukmin adalah bersaudara. Hal itu karena dasar Ukhuwah (persaudaraan) adalah kesamaan aqidah. Kemudian jika terjadi persengketaan maka islahkanlah kaum Mukmin yang bersengketa tersebut, yakni mengajak mereka untuk mencari solusinya pada hukum Allah dan Rasul-Nya.
Dalam melakukan islah itu kaum mukmin harus terikat dengan kebenaran dan keadilan; tidak berbuat dzalim dan tidak condong pada salah satu pihak, sebab mereka semua adalah saudara yang disejajarkan oleh Islam.
     Islam juga memberikan langkah-langkah untuk mencegah timbulnya persengketaan. Antara lain, Allah SWT melarang beberapa sikap yang dapat memicu pertikaian, seperti saling mengolok-olok dan mencela orang lain, panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk (QS. Al Hujurat [49]:11); banyak berprasangka, mencari-cari kesalahan orang lain, dan menggunjing saudaranya (QS. Al Hujurat [49]: 12).

                                     Ikatan Ideologis
Sudah saatnya umat Islam mencampakkan ikatan qawmiyyah (nasionalisme, sukuisme) dan segera mengambil ikatan yang benar yang bisa menyatukan umat Islam secara hakiki. Ikatan yang benar itu adalah ikatan ideologi Islam, yaitu ikatan akidah Islam yang melahirkan peraturan hidup yang menyeluruh. Akidah Islam sebagai sarana pemersatu umat laksana mutiara yang harus dijaga. Penjaganya pun harus kuat, perkasa, dan gagah berani. Agar mutiara itu tidak mudah dicuri atau dihancurkan oleh musuh Islam.
Sang penjaga tersebut adalah negara yang dibangun di atas sistem Islam dan dijalankan berdasarkan syari’ah, yaitu khilafah Islamiyah. Hanya dengan tegaknya kembali khilafah Islamiyah, umat Islam yang telah terpecah-pecah dalam puluhan negara dengan pahamnya masing-masing dapat disatukan kembali dalam satu kepemimpinan, satu negara, dan satu umat yang kemudian akan melahirkan kekuatan baru (adidaya baru).
Sayyidina Umar bin al-khaththab ra. Pada suatu ketika pernah mengatakan “Tidak ada Islam tanpa jama’ah (kesatuan umat); tiada jama’ah tanpa kepemimpinan (khalifah), dan tiada kepemimpinan tanpa ketaatan”.     Sungguh, kemenangan Islam terhadap musuh-musuhnya ialah karena persatuan kaum Muslim dan ketaatan mereka kepada pemimpin (Imam/Khalifah). Sungguh persatuan umat Islam bukanlah hal yang utopis, karena sesungguhnya umat Islam adalah umat yang satu. Allah telah mempersatukan mereka dengan aqidah islam, sebagaimana Firman Allah SWT, yang artinya: “Sesungguhnya, (agama tauhid) ini adalah agama kamu, agama yang satu dan  Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS. Al Anbiya [21]: 92 ). Wallahu a’lam.

Penulis adalah aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Bima

 

Iklan. Geser untuk terus membaca.
Bagikan berita

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Opini

 Oleh: Musthofa Umar, S. Ag, M.Pd.I (Tulisan ini disampaikan pada Tausiyah PC PMII Bima di Masjid Al Anshor Penatoi – Kota Bima)  Berdasarkan tinjauan...

Politik

Bima, Bimakini.com.- Pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden  Juli 2014 semakin dekat. Beragam pula masyarakat Indonesia merespon pelaksanaan Pemilu ini. Termasuk di kalangan umat...

Peristiwa

Kota Bima, Bimakini.com.-Menjelang pelaksanaan Festival Budaya Islam Kota Bima Tahun 2013 pada 9-10 November mendatang,  panitia pelaksana mengintensif berbagai persiapan acara dan penggalangan dukungan....

Opini

(Musthofa Umar) Bima, Bimakini.com.-Berbicara Islam Indonesia,  enaknya mulai dari mana?! Apakah Islam Indonesia itu membahas sejarah Islam di Indonesia ataukah membahas potret Islam Indonesia...

Peristiwa

Bima, Bimeks.- Ini reaksi dari Ketua DPRD Kabupaten Bima, Drs. H. Muchdar Arsyad, soal tarian erotis dan pesat Miras saat  acara di hotel Kalaki...